Jakarta, CNBC Indonesia - Perang antara dua negara tetangga, Thailand dan Kamboja, masih terus berlangsung dan tak ada tanda-tanda gencatan senjata.
Perdana Menteri Thailand Anutin Charnvirakul pada Jumat (12/12) waktu setempat, mengonfirmasi belum ada gencatan senjata dengan Kamboja. Ia mengaku telah berbicara melalui telepon dengan Presiden AS Donald Trump dan mengatakan kepadanya bahwa Bangkok bukanlah pihak yang agresif dalam konflik dengan Kamboja.
Anutin mengatakan Trump menyampaikan keinginan agar kedua negara kembali ke gencatan senjata yang pertama kali disepakati pada Juli 2025. Ia menambahkan bahwa presiden AS belum mengindikasikan bahwa tarif perdagangan akan digunakan sebagai bagian dari upayanya untuk mengakhiri pertempuran.
Pernyataan Anutin disampaikan saat bentrokan perbatasan hebat antara kedua negara berlanjut untuk hari kelima.
"Dia (Trump) menginginkan gencatan senjata. Saya menyuruhnya untuk bertanya kepada teman-teman kita, jangan hanya mengatakan gencatan senjata tetapi untuk memberi tahu dunia bahwa Kamboja akan menghentikan tembakan, menarik pasukannya, menyingkirkan semua ranjau yang telah ditanamnya, dan menunjukkan kepada mereka bahwa mereka harus menghentikan semuanya terlebih dahulu," kata Anutin kepada wartawan.
"Saat ini, belum ada gencatan senjata, pertempuran masih berlangsung," katanya.
Thailand dan Kamboja saling menembakkan roket dan artileri di beberapa lokasi di sepanjang perbatasan mereka yang diperebutkan sepanjang 817 km (508 mil) dalam beberapa bentrokan paling intens sejak pertempuran lima hari pada Juli 2025. Perang lalu dihentikan Trump dengan seruan kepada kedua pemimpin untuk menghentikan konflik terburuk mereka dalam sejarah baru-baru ini.
Trump sangat ingin kembali campur tangan untuk menyelamatkan gencatan senjata yang telah ia perantarai. Ia bertemu dengan Anutin dan Perdana Menteri Kamboja Hun Manet di Malaysia pada Oktober lalu, di mana mereka menandatangani perjanjian gencatan senjata yang diperluas.
Trump, yang berulang kali mengatakan bahwa ia layak mendapatkan Hadiah Nobel Perdamaian, memuji dirinya sendiri pada Kamis (11/12) sebagai pembawa perdamaian global. Ia menyatakan keyakinannya bahwa ia akan mengembalikan gencatan senjata "ke jalur yang benar".
Bentrokan minggu ini telah menewaskan sedikitnya 20 orang, dengan lebih dari 260 orang terluka, menurut perhitungan kedua negara, yang saling menyalahkan karena kembali menyulut konflik.
Belum jelas apakah Trump juga telah berbicara dengan Perdana Menteri Kamboja Hun Manet.
Juru bicara pemerintah Kamboja Pen Bona sebelumnya mengatakan bahwa ia tidak mengetahui adanya panggilan telepon yang dijadwalkan antara Hun Manet dan Trump, menambahkan "tetapi biasanya, PM kami selalu siap untuk berbicara".
Hun Manet pada Agustus lalu menominasikan Trump untuk Hadiah Nobel Perdamaian.
(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]

21 hours ago
7

















































