Perang Dagang Trump Makan Korban Baru Lagi: Restoran China

8 hours ago 5

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China telah berimbas pada stok daging AS di Negeri Tirai Bambu. Sebuah restoran bergaya Amerika di Beijing, Home Plate BBQ, terapksa mencetak ulang menu lantaran bahan utama daging sapi dari AS sudah tidak lagi tersedia.

Daging sapi Home Plate, yang sebelumnya sepenuhnya bersumber dari AS, kini semakin sering menggunakan daging dari Australia. Restoran tersebut menggunakan sekitar 7 hingga 8 ton brisket setiap bulan.

Ketika daging sapi AS di dalam freezer habis dalam beberapa minggu, restoran BBQ tersebut hanya akan menyajikan daging dari Australia.

"Hal ini pada dasarnya membuat kami sulit untuk terus menggunakan daging sapi AS," kata direktur operasi Home Plate, Charles de Pellette, seperti dikutip Reuters pada Senin (21/4/2025).

"Begitu stok kami habis, kami akan beralih sepenuhnya ke M5 Australia ... Kami masih berpikir bahwa rasanya dan kualitas serta cita rasanya sama, tetapi kami harus beralih hanya karena tekanan pasar dan tarif," tambah de Pellette.

Lebih lanjut, de Pellete menambahkan bahwa stok iga babi juga berubah. Sekarang daging tersebut akan didatangkan dari Kanada. Namun, ia menolak untuk mengungkapkan berapa banyak yang dibayarkan Home Plate untuk daging sapi Australia.

Daging sapi AS merupakan salah satu dari ribuan korban dalam perang dagang antara mitra dagang terbesar di dunia. Bahkan sebelum pertempuran dimulai, daging sapi Amerika mahal harganya. Tarif balasan Beijing sebesar 125%, di atas tarif 22% yang berlaku saat ini, membuatnya tidak terjangkau.

Meskipun ekspor daging sapi AS senilai US$125 juta (Rp2,1 triliun) per bulan ke China hanya sebagian kecil dari perdagangan barang raksasa, hilangnya daging sapi dari menu di Beijing merupakan gambaran sekilas tentang nasib yang akan dialami ribuan barang di kedua negara tersebut.

Daging sapi AS menjadi mahal sebelum perang dagang dimulai sebagian karena kekurangan yang disebabkan oleh cuaca kering selama bertahun-tahun, yang menyusutkan jumlah ternak ke jumlah terkecil sejak tahun 1950-an. Harga yang lebih tinggi itu sulit diterima di China, di mana ekonomi yang lemah telah membuat konsumen sangat memperhatikan harga.

Harga brisket AS naik hampir 50% antara Mei dan Maret lalu sebelum meroket lebih jauh setelah tarif. Hal ini menyebabkan persediaan menipis atau harganya hampir dua kali lipat dari tahun sebelumnya. Australia berupaya mengisi kesenjangan tersebut, termasuk dengan brisket yang 40% lebih murah.


(tfa/tfa)

Saksikan video di bawah ini:

Video: China Desak AS Batalkan Tarif Resiprokal 145%

Next Article Trump Jadi Presiden AS, Xi Jinping Ancang-ancang Lakukan Ini

Read Entire Article
8000hoki online hokikilat online
1000hoki online 5000hoki online
7000hoki online 9000hoki online
Ekonomi Kota | Kalimantan | | |