Jakarta, CNBC Indonesia - Pedagang obat-obatan di Pasar Pramuka, Jakarta Pusat mengaku resah akibat semakin sepinya pembeli.
Berdasarkan pantauan CNBC Indonesia di Pasar Pramuka pada Selasa (15/4/2025), terlihat ramai lalu lalang orang-orang, tampak kondisi sepertinya normal. Dan, toko-toko juga terlihat banyak yang masih buka.
Namun, dari pengakuan pedagang, penampakan itu ternyata tak menggambarkan kondisi sebenarnya. Pedagang mengaku pelanggannya semakin berkurang.
Seperti yang dituturkan Azizah. Menurutnya, penurunan jumlah pelanggan bukan baru saja terjadi.
"Iya, pelanggan sepi, sudah setahun terakhir kondisinya begini," kata Azizah saat ditemui wartawan CNBC Indonesia, Selasa (15/4/2025).
Dia menyebut, penyebab semakin sepinya pelanggan akibat kemunculan marketplace. Menurutnya, kehadiran marketplace membuat pelanggan cenderung enggan membeli obat ke Pasar Pramuka. Pelanggan kini beralih ke belanja online (online shopping).
"Sebenarnya mulai sepi sejak online shop makin eksis ya, karena mungkin orang-orang sudah gampang beli obat di rumah saja, bisa langsung pesan, terus dikirim ke rumah," ujar Azizah.
Selain itu, kenaikan dolar Amerika Serikat (AS), yang juga berimbas ke depresiasi rupiah, membuatnya juga sepi pelanggan. Namun, Azizah belum dapat memprediksi seberapa besar dampaknya, karena kebanyakan obat yang dia jual merupakan produksi dalam negeri.
"Kalau masalah dolar naik, yang pasti ada dampak, tapi kami belum bisa prediksi, karena kebanyakan obat kami produksi lokal," tambah Azizah.
Berbeda dengan Azizah, pedagang obat lainnya yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan mulai ada dampak dari kenaikan dolar AS.
"Kenaikan dolar tentu ada dampak, mungkin pelanggan turun sekitar 10%," kata penjual tersebut.
Namun dia mengaku belum dapat memastikan apakah akan menaikkan harga jual secara langsung atau tidak akibat pelemahan rupiah tersebut.
"Inginnya naikin sih, cuma kalau naikin harga, nanti pelanggan makin turun," tambah pedagang tersebut.
Makin perkasanya dolar AS dan merananya rupiah membuat industri obat-obatan termasuk pun mendapat tekanan. Hal ini karena sebagian besar bahan baku obat-obatan masih berasal dari impor.
Dalam catatan CNBC Indonesia Research, posisi kurs pada awal Januari 2025 masih di Rp16.125 per Dolar AS. Namun, merujuk Refinitiv, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Selasa (15/4/2025) dibuka pada posisi Rp16.765 per Dolar AS. Posisi ini selaras dengan penutupan perdagangan kemarin (14/4/2025) yang ditutup pada level Rp16.770 per Dolar AS atau menguat 0,12%.
Foto: Penampakan terbaru Pasar Pramuka, Selasa (15/4/2025). (CNBC Indonesia/Chandra Dwi)
Penampakan terbaru Pasar Pramuka, Selasa (15/4/2025). (CNBC Indonesia/Chandra Dwi)
(dce)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Libur Lebaran, Rupiah Malah Tergelincir
Next Article Pelemahan Rupiah Bikin Bos Toyota Was-Was, Blak-blakan Bilang Gini