Mengenal Antonius Kosasih, Ekonom Jenius Penilep Uang Pensiun

4 days ago 10

Oleh : Rosadi Jamani [ Ketua Satupena Kalimantan Barat ]

DUNIA ini penuh dengan orang luar biasa. Ada pahlawan tanpa tanda jasa, ada ilmuwan jenius, dan ada juga manusia langka.

Manusia yang mampu menghilangkan uang tanpa meninggalkan jejak. Salah satu spesies unik itu bernama Antonius Nicholas Stephanus Kosasih. Seorang maestro finansial, dewa investasi, dan seniman pengelolaan dana yang keahliannya mungkin sudah mencapai level yang membuat para bankir Wall Street iri.

Mari kita berdiri, beri tepuk tangan meriah! Antonius Kosasih bukan sembarang pria. Lahir 12 Juli 1970, di Jakarta. Ia sang ekonom jenius alumni di UGM tahun 1992. Lalu, melanjutkan studinya di Institut Pengembangan Manajemen Indonesia tahun 2006.

Dengan gelar akademik mentereng, ia melangkah dengan penuh percaya diri ke dunia keuangan dan investasi. Dari Direktur Keuangan di Perhutani, Komisaris Utama di Wika Realty, hingga akhirnya mencapai puncak kejayaan sebagai Direktur Utama PT Taspen (Persero).

Sebuah karier begitu bersinar. Ia seolah-olah dilahirkan bukan untuk sekadar hidup. Tetapi, untuk mengatur perputaran uang tingkat ketepatan surgawi! Oh, betapa berharganya seorang Kosasih bagi bangsa ini! Seandainya Indonesia adalah film Marvel, Kosasih mungkin adalah Tony Stark-nya dunia keuangan, pintar, berwibawa, dan penuh strategi.

Tapi, tunggu dulu, wak!

Di balik jas mahal dan jabatan prestisiusnya, ternyata terselip satu talenta lain yang bahkan tak tertulis di CV-nya. Antonius Kosasih bukan hanya seorang ahli investasi, ia adalah seorang seniman dalam seni lenyap-melenyapkan dana investasi rakyat! Dengan keahliannya, Rp1 triliun. Ya, Satu Triliun Rupiah! Lenyap ke dalam investasi mistis yang lebih tidak nyata dari Kuntilanak di Tanah Borneo.

Berkat kejeniusan Kosasih, PT Taspen dengan penuh keberanian menaruh Rp1 triliun pada RD I-Next G2, sebuah reksadana yang dikelola oleh PT Insight Investment Management (PT IIM). Uang ini seharusnya menjadi tabungan hari tua bagi para pensiunan ASN, pejabat negara, dan pegawai instansi pemerintah.

Namun alih-alih menjadi jaminan masa depan, uang tersebut malah masuk ke dalam kantong-kantong gelap yang tidak bisa dijelaskan oleh ilmu ekonomi mana pun.

Dampaknya? Tidak tanggung-tanggung. Negara rugi Rp200 miliar. Jika dihitung dengan cara sederhana, angka itu cukup untuk membangun ratusan sekolah, memperbaiki ribuan rumah sakit, atau memberikan makan siang gratis kepada jutaan anak selama bertahun-tahun! Bahkan, bisa memberi THR abang ojol dan guru honores se Indonesia dalam jumlah besar.

Tapi tentu saja, uang itu lebih bermanfaat di tangan segelintir orang yang sangat membutuhkan tambahan rumah mewah dan mobil sport baru.

Semua kebahagiaan itu akhirnya berakhir pada 8 Januari 2025. KPK, dengan penuh kasih sayang terhadap keadilan, menjemput Kosasih dan menghadiahkan kepadanya sebuah ruangan eksklusif di Rutan Cabang Gedung KPK Merah Putih. Jangan salah, ini bukan sembarang tempat.

Di sinilah orang-orang yang terlalu jenius dalam bermain uang akhirnya berkumpul dan mendiskusikan “strategi investasi” versi mereka.

Bayangkan, pria yang dulu duduk di ruangan ber-AC dengan pemandangan kota, kini harus menikmati kamar sempit dengan tembok abu-abu tanpa dekorasi. Pria yang dulu berurusan dengan angka-angka triliunan, kini harus berurusan dengan waktu yang berjalan lambat di balik jeruji besi.

Inilah puncaknya. Dari seorang pemimpin keuangan yang dielu-elukan, Kosasih kini hanyalah seorang narapidana kasus korupsi. Jika dulu ia bangga menjadi pengelola dana pensiun rakyat, kini ia hanyalah simbol betapa rakusnya segelintir elite yang tanpa malu menggerogoti uang yang seharusnya menjadi jaminan bagi mereka yang telah mengabdi pada negara.

Bagi rakyat, inilah pelajaran penting. Jika ente seorang pensiunan yang setiap bulan harus menghitung receh untuk bertahan hidup, ingatlah bahwa ada orang seperti Kosasih yang dengan santainya menikmati hidup mewah dari uang yang seharusnya menjadi hak ente.

Semoga di balik jeruji, ia punya cukup waktu untuk merenungkan hidupnya. Atau mungkin, untuk menulis buku baru berjudul, “Dari Investasi Fiktif ke Introspeksi di Balik Jeruji: Kisah Seorang Koruptor yang Kena Batunya.”

#camanewak

Read Entire Article
8000hoki online hokikilat online
1000hoki online 5000hoki online
7000hoki online 9000hoki online
Ekonomi Kota | Kalimantan | | |