Jakarta, CNBC Indonesia- Dalam satu tahun pertama pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, total ekspor Indonesia tercatat mencapai US$257,65 juta per Oktober 2025, melansir dari satudata kemendag, untuk periode Oktober 2024-Oktober 2025.
Meski secara tahunan terjadi kontraksi sekitar 9,78% year-on-year, arah pertumbuhan menunjukkan pergeseran menarik. Ekspor Indonesia justru tumbuh pesat ke negara-negara kecil dan nontradisional, terutama di wilayah Eropa mikro, Pasifik, dan Afrika.
Negara dengan lonjakan tertinggi adalah Andorra, dengan pertumbuhan ekspor fantastis mencapai 297,97% dalam setahun.
Komoditas utama yang mendorong kenaikan ini berasal dari sektor kosmetika dan perawatan kulit, khususnya produk kecantikan dan sunscreen dengan kode HS 33049990. Ekspor ke Andorra menembus US$2,69 juta, naik hampir tiga kali lipat dibanding tahun sebelumnya menunjukkan mulai terbangunnya permintaan terhadap produk-produk kecantikan buatan Indonesia di pasar niche Eropa.
Sementara itu, Anguilla menempati posisi ketiga dengan pertumbuhan 10,19%.
Ekspor utama Indonesia ke wilayah Karibia ini didominasi oleh furnitur kayu dan rotan, termasuk kursi tanpa sandaran dan perabot rumah tangga berbahan kayu tropis (HS 94016990 dan HS 94036090). Peningkatan ini menunjukkan daya saing furnitur Indonesia yang tinggi, bahkan di pasar berukuran kecil namun premium seperti Anguilla-pasar yang sangat memperhatikan kualitas dan desain alami.
Di kawasan Nordik, Faeroe Islands mencatatkan lonjakan ekspor sebesar 6,31%, terutama karena peningkatan penjualan senyawa kimia imidazole (HS 29332900) yang digunakan dalam industri farmasi dan material kimia khusus.
Fenomena ini menarik, sebab menandakan masuknya produk-produk bernilai tambah dari sektor kimia Indonesia ke rantai pasok global yang selama ini didominasi Eropa Barat.
Lonjakan juga terjadi di Greenland, dengan ekspor yang naik 5,73% didorong oleh produk tekstil dan pakaian rajut seperti T-shirt, pakaian renang, hingga tas kulit.
Walau nilainya kecil (sekitar US$0,15 juta), tren ini menggambarkan diversifikasi produk ekspor Indonesia ke segmen gaya hidup global. Pasar-pasar kecil di Eropa Utara mulai menjadi pintu alternatif bagi UMKM tekstil dan fashion Indonesia yang berorientasi ekspor.
Di kawasan Afrika, South Sudan menjadi salah satu destinasi ekspor baru yang menjanjikan. Pertumbuhan 3,79% dicapai berkat peningkatan ekspor vaksin (HS 30024120) dan minyak sawit olahan (HS 15119036). Hal ini memperlihatkan peran strategis Indonesia dalam rantai pasok kesehatan dan pangan di Afrika Timur, sejalan dengan misi diplomasi ekonomi yang mulai diperluas pada masa pemerintahan Prabowo.
Sementara itu, Benin-yang masuk dalam 10 besar pertumbuhan tertinggi-menjadi pasar penting untuk komoditas produk perikanan, cengkeh, margarin, dan perabot kayu.
Ekspor sarden olahan dan cengkeh mencatat kenaikan masing-masing hampir dua kali lipat, memperlihatkan kuatnya posisi produk pangan olahan Indonesia di Afrika Barat. Negara ini mulai menjadi mitra potensial untuk ekspansi industri pangan ekspor, terutama untuk pasar konsumen menengah.
Di sisi lain, Marshall Islands dan Palau memperlihatkan pertumbuhan stabil di atas 3-4%, ditopang oleh perdagangan produk kelautan, elektronik, serta minyak sawit. Pola ini memperkuat jejak ekspor Indonesia di kawasan Pasifik yang selama ini lebih banyak didominasi oleh negara seperti Australia dan Tiongkok. Hubungan dagang dengan negara-negara kecil di Pasifik mulai terbentuk, mengindikasikan arah baru diplomasi ekonomi Indonesia ke kawasan ini.
Secara keseluruhan, dinamika ini menunjukkan strategi ekspor Indonesia yang mulai bergeser dari ketergantungan terhadap negara besar seperti China dan Amerika Serikat menuju diversifikasi pasar. Pertumbuhan tinggi ke negara kecil bukan sekadar anomali statistik, melainkan tanda bahwa pelaku usaha Indonesia mulai menjangkau ceruk pasar (niche market) yang memiliki potensi tinggi di sektor tertentu dari kosmetik, furnitur, hingga vaksin.
Jika tren ini dapat dijaga dan diperluas melalui dukungan kebijakan ekspor, diplomasi ekonomi, serta pembiayaan UMKM, maka arah baru perdagangan Indonesia bisa semakin kokoh di bawah pemerintahan Prabowo.
Tahun pertama menjadi fondasi penting-bahwa kekuatan ekspor Indonesia kini tidak lagi semata di volume besar, tetapi juga pada kemampuan menembus pasar baru dengan produk bernilai tambah tinggi.
CNBC Indonesia Research
(emb/emb)