Jakarta, CNBC Indonesia - Pangsa pasar Nvdia di China jeblok dari 95 persen menjadi 0 persen. Ambruknya penjualan Nvidia di Negeri Tiongkok diungkap sendiri oleh CEO Jensen Huang.
Huang menjelaskan bahwa porsi Nvidia di pasar chip AI teknologi tinggi di China menguap setelah AS menerapkan larangan ekspor.
"Saat ini, kami 100 persen keluar dari China. Kami merosot dari market share 95 persen ke nol persen," katanya dalam acara Citadel Securities' Future of Global Markets 2025, yang ditayangkan di YouTube.
Penjualan GPU Nvidia yang ditujukan untuk data center AI menghadapi berbagai kebijakan larangan ekspor sejak Oktober 2022. Pada 2023, chip A800 dan H800 yang khusus didesain untuk pasar China juga masuk daftar larangan ekspor ke China. Hambatan regulasi juga dihadapi oleh produk H20.
"Saya tidak bisa membayangkan ada pejabat yang berpikir ini ide bagus, kebijakan apa saja, yang membuat Amerika kehilangan salah satu pasar terbesar di dunia, hingga 0 persen," kata Huang.
Sebelumnya, Nvidia menyatakan China berkontribusi 20-25 persen terhadap pendapatan data center perusahaan yang nilainya mencapai US$ 41 miliar.
Pemerintah AS, sejak era Presiden Joe Biden hingga Presiden Donald Trump, memperketat aturan penjualan produk chip ke China untuk membatasi akses China ke teknologi terbaru.
Pembatasan ini direspons oleh China dengan menggenjot produksi dan pengembangan teknologi serupa di dalam negeri.
Perlombaan perusahaan teknologi untuk mengembangkan produk AI membuat harga saham Nvidia meroket. Chip buatan Nvidia disebut sebagai komponen krusial untuk infrastruktur penunjang AI.
Kenaikan harga saham Nvidia mengangkat Huang menjadi orang terkaya ke-8 dunia dengan harta melampau US$159,1 miliar atau melebihi Rp 2.600 triliun.
(dem/dem)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Nvidia Pecah Rekor Jadi Raksasa 4 Triliun Pertama di Dunia