Konklaf Terlama Sepanjang Sejarah, Terkunci 1.000 Hari Demi Paus Baru

Jakarta, CNBC Indonesia-  Di balik keheningan dan sakralitas ritual, sejarah mencatat kisah-kisah dramatis yang nyaris seperti naskah film, penuh ketegangan, kelaparan, dan bahkan penguncian paksa. Inilah dunia Konklaf, pemilihan Paus yang telah berlangsung berabad-abad dan menyimpan begitu banyak trivia tak terduga.

Bayangkan ruang gelap tertutup, penuh pria lanjut usia dalam jubah merah tua, terkunci selama berbulan-bulan hanya untuk satu misi suci, memilih pemimpin baru Gereja Katolik.

Rekor konklaf atau conclave terlama tercatat pada abad ke-13, ketika Gereja memerlukan 1.006 hari - nyaris tiga tahun penuh - untuk memilih penerus Paus Clement IV. Terjadi di kota Viterbo, Italia, pada tahun 1268-1271, proses pemilihan ini membuat warga setempat geram. Para kardinal yang dianggap terlalu lama berunding akhirnya dikunci dalam ruangan dan hanya diberi roti dan air. Dari sinilah istilah "conclave", yang berasal dari bahasa Latin cum clave (dengan kunci) mendapatkan makna harfiahnya.

Tekanan itu akhirnya membuahkan hasil. Paus Gregorius X terpilih lewat kompromi politik yang melelahkan antara faksi pendukung Paus dan pendukung Kekaisaran Romawi Suci. Setelah itu, Gregorius menetapkan aturan baru yaitu bila pemilihan berlangsung lebih dari tiga hari, kardinal hanya boleh makan sekali sehari. Jika lewat delapan hari? Hanya roti, air, dan anggur. Aturan ini akhirnya dihapus, namun warisan kedisiplinan dan urgensi tetap membekas hingga kini.

Sebaliknya, conclave tercepat tercatat pada tahun 1503, ketika Paus Julius II terpilih hanya dalam hitungan jam setelah masa tunggu 10 hari usai wafatnya Paus sebelumnya.

Dalam era modern, Paus Fransiskus terpilih dalam pemungutan suara kelima pada 2013, sementara Benediktus XVI menang pada putaran keempat tahun 2005. Kecepatan ini tentu tak lepas dari logistik dan akomodasi yang lebih layak, jauh dari kesan pengap dan bau yang melanda conclave abad ke-16 dan ke-17.

Meski kini identik dengan Kapel Sistina dan langit-langit karya Michelangelo, conclave sempat digelar di berbagai lokasi lain dari Basilika St. Yohanes Lateran di Roma hingga Lyon di Prancis dan Konstanz di Jerman. Bahkan, dalam masa skisma besar (1378-1417), sempat terjadi kekacauan dengan munculnya antipaus pemimpin tandingan Gereja  yang membuat dunia Katolik terpecah selama hampir 40 tahun.

Ada pula fakta unik lainnya, tak ada aturan yang mewajibkan Paus harus berasal dari kalangan kardinal. Namun terakhir kali ini terjadi adalah pada 1378, ketika Urbanus VI, seorang uskup non-kardinal dari Bari, dipilih. Soal usia? Paus termuda adalah Johanes XII, naik takhta pada usia 18 tahun. Sementara yang tertua Celestinus III dan V nyaris berumur 85 tahun saat diangkat.

Di balik semua rahasia dan kesakralan, conclave tetap jadi momen refleksi agung dalam sejarah umat Katolik. Setiap suara dijatuhkan dalam diam, di tengah ruang yang diselimuti doa dan sejarah. Dan meskipun dunia berubah, satu hal tetap tak berubah hanya dalam keheningan dan keterasingan, suara hati bisa benar-benar terdengar.

CNBC Indonesia Research

(emb/emb)