Jakarta, CNBC Indonesia — Ketua Komisi XI DPR RI Mukhamad Misbakhun menampik soal resesi yang menjadi kekhawatiran para investor.
"Resesi di mananya? Semuanya kita inflasi rendah, pertumbuhan ekonomi sedang tumbuh. Resesi di mananya? Kita tidak menemukan alasan untuk resesi," kata Misbakhun di Gedung Bursa Efek Indonesia pada Kamis (18/3/2025).
Kekhawatiran mengenai resesi dimulai dari lembaga investasi di Amerika Serikat meningkatkan persentase kemungkinan resesi di Negeri Adidaya itu.
Hal tersebut kemudian membuat Wall Street, bursa saham AS, ambles. Kekhawatiran tersebut kemudian menular ke pasar saham Indonesia yang hari ini ambles 5% dan sempat mengalami trading halte yakni penghentian perdagangan sementara secara otomatis.
Selain itu kekhawatiran mengenai kebijakan fiskal pemerintah juga menjadi sorotan para investor. Misbakhun pun menanggapi keresahan tersebut dengan menegaskan bahwa saat ini kondisi fiskal Indonesia masih baik.
"Karena penerimaan biaya cukai kita kan naik, penerimaan PNBP kita kemudian akan mengalami situasi karena harga komoditas saja, itu saja. ," ucap Misbakhun.
Sementara itu, Direktur Bursa Efek Indonesia Iman Rachman mengatakan bahwa penurunan IHSG sudah terjadi sejak pekan lalu. Isu global dan beberapa hal terjadi. Saat ini investor sedang wait and see, penurunannya sebagai besar karena asing," katanya di Gedung Bursa Efek Indonesia, Selasa (18/3/2025).
Misbakhun juga membantah penurunan IHSG disebabkan oleh kekhawatiran investor mengenai revisi UU TNI. "Nggak, tidak ada. Kan tadi sudah dipastikan. Tidak perlu ada kekhawatiran," katanya.
Sebelumnya ramai terkait revisi UU TNI yang dilakukan oleh pemerintah dan DPR RI di hotel mewah Fairmont secara tertutup pada 14-16 Maret kemarin. Pembahasan yang dianggap ngebut itu berujung pada kemarahan publik karena ditakutkan akan membuat TNI menduduki lembaga sipil dan dwifungsi TNI. Hal ini kemudian dibantah oleh Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi.
Sementara itu, sejumlah analis membeberkan koreksi dalam IHSG ini terjadi karena derasnya aksi jual yang mencerminkan panic selling dari para investor. Sementara analis lainnya menyebut penyebab pasar saham lesu hingga siang ini adalah isu mundurnya Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Adpaun awal pekan lalu, bank Investasi dan pengelola aset global Goldman Sachs menurunkan peringkat dan rekomendasi atas aset keuangan di Indonesia. Penurunan ini terjadi karena perusahaan yang bermarkas di New York tersebut memperkirakan adanya peningkatan risiko fiskal atas sejumlah kebijakan dan inisiatif yang dipilih oleh Presiden Prabowo Subianto.
Goldman menurunkan peringkat saham RI dari overweight menjadi market weight. Lebih lanjut, Goldman juga menurunkan rekomendasi atas surat utang yang diterbitkan BUMN tenor 10 sampai 20 tahun menjadi netral. Sebelumnya, surat utang BUMN menjadi salh satu aset yang paling ramai diburu oleh manajer investasi global.
Penurunan peringkat ini memperparah aksi jual asing di bursa saham domestik. Tercatat asing membukukan aksi jual bersih Rp 849 miliar kemarin, Rp 3,12 triliun dalam sepekan, Rp13,7 triliun dalam sebulan, Rp 24 triliun sejak awal tahun, Rp 26,8 triliun dalam tiga bulan dan Rp 57,8 triliun dalam enam bulan terakhir.
(mkh/mkh)
Saksikan video di bawah ini:
Video: IHSG Ambruk 5% & BEI Berlakukan "Trading Halt"
Next Article Menguat! Potret Bursa Saham di Hari Pertama Prabowo-Gibran