Dunia Menuju Arah yang Berbeda: Suku Bunga Jadi Senjata Baru

1 hour ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Arah suku bunga acuan global tengah bergerak dalam dua arah yang berbeda. Sebagian bank sentral masih mempertahankan suku bunga nya sementara ada pula yang sudah mulai memangkas suku bunga nya atau dengan kata lain melonggarkan kebijakan moneternya.

Keputusan setiap bank sentral negara-negara di dunia didasarkan oleh perkembangan kondisi inflasi di masing-masing negara, serta kebutuhan untuk mendorong pertumbuhan, hingga menjaga stabilitas nilai tukar nya.

Sejumlah bank sentral masih konsisten mempertahankan suku bunga tinggi. Federal Reserve (The Fed) menahan bunga acuan di kisaran 4,50% sepanjang paruh pertama 2025, meski pasar kini menanti pemangkasan pertama pada September. Bank Sentral China juga menjaga bunga tetap di level 3,00%, dengan fokus pada stabilitas nilai tukar yuan di tengah perlambatan ekonomi.

Di Eropa, Swiss National Bank (SNB) tetap mempertahankan bunga mendekati 0%, sementara Prancis yang berada di bawah kebijakan Bank Sentral Eropa (ECB) juga menjaga suku bunga stabil di 2,15%. Argentina dan Brasil masih memegang salah satu suku bunga tertinggi di dunia, masing-masing di 29% dan 15%, sebagai upaya menekan inflasi yang masih membandel.

Beberapa negara mulai masuk siklus pelonggaran. Bank of England (BoE) memangkas suku bunga ke 4,00% pada Agustus lalu, pemotongan pertama sejak periode panjang pengetatan untuk melawan inflasi.

Di kawasan Amerika Utara, Bank of Canada (BoC) juga memangkas bunga ke 2,75% setelah data ketenagakerjaan dan output ekonomi menunjukkan pelemahan. "Pemangkasan ini mencerminkan kebutuhan untuk menopang pertumbuhan, meski inflasi inti masih berada di kisaran 3%," dikutip dari Reuters.

Sementara itu, Peru juga memangkas bunga ke 4,25% untuk merespons tekanan pertumbuhan yang melambat.

Afrika pun mengikuti tren serupa. Afrika Selatan menurunkan bunga ke 7,00%, setelah sebelumnya memilih bertahan tinggi untuk mengawal inflasi dalam target 3-6%.

Bagaimana Dengan RI?

Bank Indonesia (BI) sendiri termasuk ke dalam bank sentral yang cukup agresif dalam memangkas suku bunga acunanya. Sepanjang 2025 ini, BI telah memangkas suku bunga hingga 100 basis poin dalam empat kali pertemuan.

Terakhir, BI melakukan pemangkasan 25 basis poin pada Rapat Dewan Gubernur BI (RDG BI) Agustus lalu, menjadi 5,00%.

Langkah ini diambil dengan perhitungan bahwa inflasi tetap terjaga di kisaran 2,5% plus minus 1%. Stabilitas rupiah yang cukup terjaga, serta upaya BI dalam mendorngkrak pertumbuhan ekonomi.

Pekan Ini, Akan Ada Pengumuman Suku Bunga Beberapa Negara Dunia

Pekan ini, fokus pasar tertuju pada rangkaian pengumuman suku bunga sejumlah bank sentral dunia. Mulai dari Bank of Canada, disusul Federal Reserve (The Fed) pada Rabu (17/9/2025), lalu Bank of England (BoE) pada Kamis (18/9/2025), dan ditutup dengan Bank of Japan (BoJ) pada Jumat (19/8/2025).

Menurut beberapa sumber, keputusan-keputusan tersebut akan memengaruhi hampir dua perlima perekonomian global, termasuk empat negara dari kelompok G7. Sorotan utama tentu pada bank sentral AS yakni The Fed yang diperkirakan akan memangkas bunga 25 basis poin, pemangkasan pertama sejak Donald Trump kembali menjabat sebagai Presiden AS.

"Kami memperkirakan FOMC akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin. Itu bukan karena data ekonomi di kedua mandat The Fed-stabilitas harga dan lapangan kerja penuh-mendesaknya. Melainkan karena pasar menginginkan pemangkasan, Gedung Putih juga menginginkannya-dan kami pikir Powell melakukan apa yang dia anggap perlu untuk menangkal ancaman lebih lanjut terhadap independensi The Fed," ujar ekonom di kutip dari Bloomberg.

Sementara itu, menjelang keputusan BoE, inflasi Inggris diperkirakan tetap di 3,8% dengan sedikit pelemahan pada sektor jasa. Bank sentral Inggris memperkirakan inflasi bisa mencapai puncak 4% pada September. Oleh karena itu, Para ekonom menilai BoE kemungkinan akan menahan suku bunga acuannya di level 4,0%.

Selain itu, bank sentral lain seperti Reserve Bank of Australia, dan Bank Sentral Pakistan juga dijadwalkan mengumumkan keputusan. Sementara BoJ masih berada di jalur pengetatan namun belum memberi sinyal kenaikan dalam waktu dekat.

Beberapa sumber memperkirakan bahwa BoJ kemungkinan akan menaikkan suku bunga acuan dari 0,50% ke sekitar 0,75% pada kuartal IV-2025, jika kondisi ekonomi mendukung, terutama apabila pertumbuhan upah dan inflasi inti tetap kuat.

Selain itu, Goldman Sachs juga menyoroti bahwa pertumbuhan upah pekerja di Jepang diperkirakan akan mencapai sekitar 3,0% di 2025 dari 2,8% di 2024, yang bisa memperkuat alasan kenaikan bunga secara bertahap.

Namun demikian, BoJ diperkirakan akan tetap hati-hati bika inflasi memang sudah melebihi target 2% dalam beberapa periode, tetapi ketidakpastian eksternal seperti tarif impor dan nilai tukar yen yang lemah, serta keadaan politik domestik dianggap dapat menunda langkah kenaikan hingga kondisi lebih stabil.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(evw/evw)

Read Entire Article
8000hoki online hokikilat online
1000hoki online 5000hoki online
7000hoki online 9000hoki online
800hoki download slot games 2000hoki download slot games
4000hoki download slot games 6000hoki download slot games
Ekonomi Kota | Kalimantan | | |