BPS Lapor Impor Gandum Cs Nyaris Nol, Bos Pengusaha Terigu Buka Suara

16 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor barang konsumsi yang rutin naik menjelang masa Ramadan atau Lebaran, pada 2025 malah merosot drastis. Adapun barang konsumsi yang turun tajam di antaranya buah-buahan dari US$175,4 juta per Januari 2025 menjadi US$114,5 juta pada Februari 2025, daging hewan dari US$69,3 juta menjadi US$24,6 juta, dan serealia (biji-bijian) dari US$37,8 juta menjadi US$0.

Serealia dalam hal ini termasuk di antaranya padi, gandum, jagung, barley, dan sorgum. 

Merespons hal itu, Ketua Umum Asosiasi Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) Franciscus (Franky) Welirang menegaskan, pasokan gandum di dalam negeri tetap aman dan tidak ada kendala dalam impor.

"Maaf, saya merasa tidak ada masalah. Impor gandum berjalan normal sejak awal tahun sampai dengan hari ini berjalan normal," kata Franky kepada CNBC Indonesia, Selasa (18/3/2025).

Menurut Franky, meskipun data impor serealia versi BPS menunjukkan angka nol pada Februari 2025, kondisi produksi di industri terigu tetap berjalan seperti biasa.

"Data impor BPS sejak Januari 2025 memang belum keluar, namun produksi kami normal saja, dan importasi di semua industri terigu kami tidak ada yang merasa bermasalah. Bisa dilihat juga bahwa pasar terigu normal dan harga di pasaran stabil," ujarnya.

Konsumsi Tepung Terigu Naik 1,7%

Berdasarkan data yang dirilis Aptindo, menunjukkan konsumsi tepung terigu di Indonesia pada Januari-Februari 2025 mencapai 1,33 juta metrik ton (MMT), atau setara gandum sebesar 1,71 MMT. Angka ini mencerminkan pertumbuhan 1,71% dibandingkan periode sebelumnya.

Jika melihat tren tahunan, konsumsi tepung terigu dalam beberapa tahun terakhir mengalami naik turun.

Sebagai perbandingan, berikut datanya:

  • Tahun 2021: Konsumsi tepung terigu mencapai 6,99 juta MMT, setara gandum sebesar 8,976 MMT, tumbuh 5,15% dibanding tahun sebelumnya.
  • Tahun 2022: Konsumsi mengalami penurunan menjadi 6,69 juta MMT, setara gandum 8,58 MMT, atau turun 4,32% dari tahun 2021.
  • Tahun 2023: Konsumsi kembali meningkat menjadi 6,86 juta MMT, setara gandum 8,79 MMT, tumbuh 2,45% dibanding 2022.
  • Tahun 2024: Konsumsi melonjak cukup signifikan menjadi 7,41 juta MMT, setara gandum 9,5 MMT, atau tumbuh 8,04% dibanding tahun sebelumnya.
  • Awal tahun 2025: Dalam dua bulan pertama tahun ini, konsumsi sudah mencapai 1,33 juta MMT, dengan pertumbuhan 1,71% dibanding periode yang sama tahun lalu.

Dari data tersebut, terlihat konsumsi tepung terigu dan gandum masih menunjukkan tren positif, meskipun tidak mengalami lonjakan besar.

Sebelumnya, Deputi Statistik Bidang Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini menjelaskan, hampir nihilnya impor untuk barang-barang tergolong serealia ini disebabkan tidak adanya impor untuk barang-barang seperti beras yang tergolong kode HS 10 turunannya, yakni HS 10063030 sampai dengan 10063091.

"Hal ini karena masih berlaku larangan impor beras oleh pemerintah," kata Deputi Statistik Bidang Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini kepada CNBC Indonesia, Selasa (18/3/2025).

Meski tercatat sampai 0, Puji menegaskan, sebetulnya untuk golongan barang serealia ini masih ada impor, namun jumlahnya teramat kecil. Misalnya untuk beras khusus dan jagung pakan ternak.

"Masih ada impor beras khusus dan jagung untuk pakan ternak tapi jumlahnya sangat kecil. Karen kecil saat tayangan yang ditampilkan dalam jutaan seolah-olah menjadi nol," tegasnya.


(dce)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Meski 2024 Masih Impor, Kementan Yakin Capai Swasembada Pangan

Next Article Di Balik Ekspansi BRICS Ada Kebangkitan Putin hingga Pasar Gandum

Read Entire Article
8000hoki online hokikilat online
1000hoki online 5000hoki online
7000hoki online 9000hoki online
Ekonomi Kota | Kalimantan | | |