Bantuan Pangan PBB Dipotong, Jutaan Orang di Ambang Petaka Kelaparan

4 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Dunia dihadapkan pada ancaman kelaparan yang kian memburuk akibat pemangkasan bantuan PBB.

Badan Pangan Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau World Food Programme (WFP) memperingatkan hampir 13,7 juta orang berisiko menghadapi kelaparan ekstrem setelah lembaga tersebut kehilangan sekitar 40% pendanaan tahunan akibat penurunan tajam kontribusi dari negara-negara pendonor utama.

Amerika Serikat (AS), yang selama ini menjadi penyumbang terbesar, memangkas hampir US$3 miliar dari bantuan luar negerinya di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump. Dampaknya meluas ke sejumlah negara yang tengah dilanda konflik dan krisis ekonomi, mulai dari Afghanistan, Haiti, Somalia, Sudan Selatan hingga Sudan.

WFP menegaskan, jika tren ini berlanjut, dunia berpotensi menghadapi gelombang kelaparan terbesar dalam dua dekade terakhir, tepat ketika inflasi pangan dan perubahan iklim semakin memperparah tekanan terhadap sistem pangan global.

Mengenal WFP, Garda Terdepan Pangan Dunia

World Food Programme merupakan badan pangan di bawah naungan PBB yang bertugas menyalurkan bantuan pangan ke negara-negara yang terdampak konflik, bencana alam, dan krisis ekonomi.

WFP berdiri pada tahun 1961, hingga kini beroperasi di lebih dari 120 negara dan wilayah, yang menjadikannya lembaga kemanusiaan terbesar di dunia dalam hal bantuan pangan dan logistik darurat.

Setiap tahunnya, lembaga ini membantu lebih dari 150 juta orang di berbagai belahan dunia yang terancam kelaparan.

Berbeda dengan banyak badan PBB lainnya, WFP tidak memiliki anggaran tetap.

Dana operasionalnya sepenuhnya bergantung pada kontribusi sukarela dari negara anggota, lembaga internasional, dan sektor swasta.

Karena sifatnya yang fleksibel, setiap perubahan kebijakan atau pemangkasan anggaran dari negara donor besar seperti AS langsung berdampak terhadap kapasitas bantuan di lapangan.

Dalam beberapa tahun terakhir, WFP sempat mencatat rekor pendanaan tertinggi pada 2022, yakni mencapai US$14,18 miliar. Namun sejak 2023, tren pendanaan mulai menurun tajam.

Tahun ini, total dana yang diterima WFP diperkirakan hanya sekitar US$6,4 miliar, atau turun 40% dibanding dua tahun lalu.

Pendanaan WFP Memburuk

Ketimpangan antara dana yang diterima dan kebutuhan operasional ini menggambarkan krisis pendanaan terburuk dalam sejarah WFP. Pada 2023 dan 2024 saja, kekurangan dana mencapai lebih dari US$10 miliar per tahun, yang memaksa badan tersebut memangkas sebagian besar program bantuan pangan reguler di lebih dari 30 negara.

Krisis itu berlanjut pada 2025, ketika pendanaan diproyeksikan kembali anjlok hingga 40% dibanding tahun sebelumnya.

Berdasarkan data WFP, total kontribusi yang masuk hingga September 2025 baru mencapai sekitar US$4,6 miliar, kurang dari separuh dari kebutuhan minimal tahunan lembaga tersebut.

Akibatnya, WFP terpaksa menghentikan sementara sebagian program distribusi pangan di kawasan Afrika, Timur Tengah, dan Asia Selatan, termasuk pemangkasan jatah bantuan di negara-negara seperti Yaman, Ethiopia, dan Myanmar.

Peringatan Kelaparan Global: Potongan Dana Mengancam 13,7 Juta Jiwa di Ambang Bencana

WFP baru-baru ini mengeluarkan peringatan keras menyusul penurunan drastis dalam pendanaan kemanusiaan global. Menurut laporan terbaru mereka yang berjudul "A Lifeline at Risk", pemotongan bantuan telah menciptakan jurang antara kebutuhan global dan sumber daya yang tersedia.

Konsekuensinya sangat mengerikan, WFP memperkirakan bahwa 13,7 juta orang yang saat ini bergantung pada bantuan pangan mereka akan terdorong dari tingkat kelaparan "Krisis" (IPC Fase 3) ke tingkat "Darurat" (IPC Fase 4). Tingkat ini adalah satu langkah kritis menuju Famine atau kelaparan ekstrem.

Direktur Eksekutif WFP, Cindy McCain, menyatakan bahwa, "Setiap pemotongan ransum berarti seorang anak tidur dalam keadaan lapar, seorang ibu melewatkan makan, atau sebuah keluarga kehilangan dukungan yang mereka butuhkan untuk bertahan hidup. Garis hidup yang menopang jutaan orang sedang terputus di depan mata kita."

Operasi WFP di enam negara yang paling berisiko mengalami gangguan besar dan kekurangan pasokan vital hingga akhir tahun adalah:

Pemotongan dana ini terjadi ketika kelaparan global berada pada tingkat tertinggi dalam sejarah, dengan total 319 juta orang menghadapi kerawanan pangan akut.

Di beberapa wilayah, seperti Sudan dan Jalur Gaza, kelaparan ekstrem telah dipastikan terjadi. Tanpa adanya tambahan dana segera, WFP memperingatkan bahwa jutaan orang rentan akan kehilangan bantuan pangan penyelamat nyawa mereka, yang dapat memicu ketidakstabilan yang lebih luas dan kekacauan sosial.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(evw/evw)

Read Entire Article
8000hoki online hokikilat online
1000hoki online 5000hoki online
7000hoki online 9000hoki online
800hoki download slot games 2000hoki download slot games
4000hoki download slot games 6000hoki download slot games
Ekonomi Kota | Kalimantan | | |