Seorang pengungsi Palestina membersihkan air berlumpur di kamp tenda yang terendam banjir saat hujan turun di Nuseirat, Jalur Gaza tengah, Jumat (12/12/2025). Curah hujan tinggi sejak Kamis memicu genangan parah di beberapa kamp pengungsian, termasuk Nuseirat, yang menampung ribuan keluarga di bawah tenda darurat. (REUTERS/Mahmoud Issa)
Ratusan tenda kini terendam banjir, menghancurkan persediaan makanan dan membuat ribuan keluarga kehilangan tempat aman untuk berteduh di tengah cuaca dingin. Banyak kamp terletak di dataran rendah, dipenuhi puing reruntuhan, sehingga air mengalir cepat dan sulit surut. (REUTERS/Mahmoud Issa)
Pejabat kota dan pertahanan sipil Gaza mengaku tidak mampu menangani banjir tersebut karena kekurangan bahan bakar dan peralatan yang rusak. Mereka menyebut ratusan kendaraan, termasuk buldoser dan pompa air yang biasanya digunakan untuk mengatasi genangan, telah hancur akibat perang. Kerusakan ini membuat upaya penyelamatan dan penanganan banjir hampir mustahil dilakukan. (REUTERS/Mahmoud Issa)
Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) PBB memperingatkan bahwa ratusan ribu pengungsi menghadapi risiko banjir berbahaya akibat hujan lebat, sementara material untuk memperkuat tempat penampungan seperti kayu, kayu lapis, karung pasir, dan pompa air tidak diizinkan masuk ke Gaza. IOM menyebut hampir 795.000 pengungsi tinggal di area rawan banjir, dengan drainase buruk dan limbah yang tidak tertangani, meningkatkan ancaman penyakit. (REUTERS/Mahmoud Issa)
IOM juga menegaskan bahwa bantuan yang telah masuk, seperti tenda tahan air dan terpal, tidak mampu menahan curah hujan ekstrem. Dengan lebih dari dua juta penduduk tinggal di wilayah yang hancur akibat perang dan sekitar 1,5 juta orang masih mengungsi, pejabat PBB dan Palestina menilai setidaknya 300.000 tenda baru sangat dibutuhkan untuk mencegah krisis kemanusiaan semakin memburuk. (REUTERS/Mahmoud Issa)

6 hours ago
3
















































