Asia Tak Berkutik Lawan Keganasan Dolar AS: Rupiah dan Won Paling Hancur

2 hours ago 1

Jakarta,CNBC Indonesia - Mata uang Asia kompak melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Jumat (19/9/2025).

Melansir data Refinitiv, per pukul 09.15 WIB seluruh mata uang di kawasan Asia terpantau tengah mengalami pelemahan dari dolar AS.

Rupiah termasuk dalam salah satu mata yang Asia yang tengah mengalami tekanan paling dalam, dengan terdepresiasi 0,36% di ke posisi Rp16.560/US$ sekaligus melanjutkan pelemahan yang telah terjadi sejak perdagangan kemarin, Kamis (19/9/2025) dimana rupiah melemah 0,46% menembus level psikologis nya di Rp16.500/US$.

Sementara itu, won Korea menjadi mata uang di Asia dengan pelemahan paling besar terhadap dolar AS. Won terkoreksi hingga 0,44% ke level KRW 1394,21/US$, kemudian diikuti oleh rupiah, dan ringgit Malaysia yang melemah 0,31% di posisi MYR 4,207/US$.

Selanjutnya dong Vietnam dan peso Filipana yang sama-sama melemah 0,12%.

Begitu pula dengan dolar Taiwan dan dolar Singapura yang masing-masing melemah 0,10% dan 0,09%. Dolar taiwan saat ini dipatok di level TWD 30,127/US$ sementara dolar Singapura di level SGD 1,2829/US$.

Sedangkan, yen Jepang dan rupee India juga turut mengalami tekanan terhadap dolar AS namun hanya tipis 0,02% dan 0,03%.

Salah satu faktor pemicu melemahnya seluruh mata uang Asia pada perdagangan hari ini, karena indeks dolar AS (DXY) yang tengah mengalami penguatan sejak Rabu (17/9/2025) atau pasca The Federal Reserve (The Fed) memutuskan untuk memangkas suku bunga nya pertama kali di 2025 ini.

DXY saat ini berada di level 97,448 atau menguat 0,10%.

Dolar AS melanjutkan penguatannya seiring dengan rilis data tenaga kerja AS yang lebih baik dari perkiraan. Departemen Tenaga Kerja AS pada Kamis (18/9/2025), melaporkan klaim awal tunjangan pengangguran turun signifikan, membalikkan lonjakan pada pekan sebelumnya. Data ini menandakan bahwa pasar tenaga kerja AS masih cukup resilien, sehingga memberikan dukungan tambahan bagi pergerakan dolar.

Selain itu, komentar Ketua The Fed Jerome Powell setelah keputusan pemangkasan suku bunga sebesar 25 bps juga berperan penting. Powell menegaskan bahwa langkah tersebut lebih bersifat manajemen risiko terhadap pelemahan ekonomi, namun bank sentral tidak merasa perlu untuk terburu-buru dalam melakukan pelonggaran lebih lanjut.

Pernyataan ini dipandang pasar sebagai sinyal yang tidak terlalu dovish, sehingga menahan ekspektasi pemangkasan lanjutan yang agresif.

Kombinasi antara data ekonomi AS yang solid, pandangan The Fed yang cenderung hati-hati dalam melanjutkan pelonggaran, serta penguatan indeks dolar dari level terendah sejak Februari 2022 menjadi pendorong bagi investor untuk kembali beralih ke aset dolar.

CNBC INDONESIA RESEARCH 

[email protected]

(evw/evw)

Read Entire Article
8000hoki online hokikilat online
1000hoki online 5000hoki online
7000hoki online 9000hoki online
800hoki download slot games 2000hoki download slot games
4000hoki download slot games 6000hoki download slot games
Ekonomi Kota | Kalimantan | | |