Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve diperkirakan akan menurunkan suku bunga acuannya sebanyak tiga kali pada tahun 2025. Hal ini dipengaruhi oleh inflasi yang tinggi akibat penetapan tarif impor oleh Presiden AS Donald Trump yang menekan pertumbuhan ekonomi.
ASEAN Economist UOB Indonesia, Enrico Tanuwidjaja menjelaskan penentu pergerakan suku bunga adalah inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Di Amerika Serikat, dampak dari penetapan tarif impor akan menyebabkan inflasi tinggi.
"Bulan Mei mungkin belum masih ditahan. Tapi Juni onwards, menurut saya ada kemungkinan dia harus cut lebih cepat karena dampaknya ke sektornya riil lebih cepat," ujar Enrico dalam acara Power Lunch CNBC TV, dikutip Jumat (25/4/2025).
Menurut Enrico, The Fed akan menurunkan suku bunganya sebanyak tiga kali, dimulai pada bulan Mei 2025 mendatang.
Adapun total penurunan sebanyak tiga kali masing-masing 25 basis poin hingga akhir tahun. Dengan demikian suku bunga AS dari 4,5% akan menjadi 3,75%.
"Tiga, kali 25 basis poin. Jadi dari level hari ini, 4,5% menjadi 3,75-an, kurang lebih," ujarnya.
Enrico menjelaskan perkiraan penurunan suku bunga The Fed ini baru ada sejak Presiden AS, Donald Trump menjabat. Tepatnya, saat ia menetapkan tarif respirokal untuk para negara mitra dagangnya.
"Dampak tarif itu menjadi suatu bumerang. Inflasi yang dibentuk akibat tarif justru menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi dan bahkan meningkatkan bukan saja resiko resesi,tapi resiko stagflasi, yakni inflasi naik dan ekonomi stagnan," ujarnya.
Dengan The Fed yang diperkirakan akan segera memangkas suku bunga, bank sentral lain akan melakukan hal yang sama.
"Nanti semua pada ikutan juga.Tapi tergantung policy space atau ruang geraknya. Indonesia menurut saya pun masih memiliki space untuk kita melonggarkan tingkat kebijakan moneter tersebut," ujarnya.
(mij/mij)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Ada Perang Dagang-Ekonomi Lesu, Kapan BI Turunkan Suku Bunga
Next Article The Fed Tahan Suku Bunga, Mampukah IHSG Capai Rp8.000?