Analis Sorot Ramainya Pembelian Rudal Turki di RI, Ada Apa?

2 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Langkah Indonesia membeli berbagai alutsista dari Turki, termasuk sistem rudal balistik KHAN, menjadi sorotan analis pertahanan asing. Indonesia tercatat sebagai negara pertama di Asia Tenggara yang secara publik mengoperasikan rudal taktis modern dengan jangkauan 280 km tersebut.

"Diversifikasi pemasok senjata merupakan strategi penting agar Indonesia memiliki pasokan senjata yang stabil dan tidak bergantung pada satu kekuatan tertentu," kata Abdul Rahman Yaakob, peneliti Lowy Institute, dikutip CNA, Kamis (18/9/2025). Ia menekankan bahwa pengalaman embargo senjata AS pada 1999-2005 masih membekas di Jakarta.

Dalam dua tahun terakhir, Indonesia telah meneken kontrak besar dengan Turki, mulai dari 60 drone Bayraktar TB3, sembilan drone Akinci, dua fregat siluman, hingga rencana pembelian 48 jet tempur generasi kelima KAAN senilai US$10 miliar (Rp154 triliun). Kontrak ini mencakup kerja sama industri dan transfer teknologi, yang dinilai penting untuk memperkuat basis pertahanan nasional.

"Indonesia tidak hanya akan mengamankan peralatan militer berteknologi tinggi, tetapi juga memperoleh peluang signifikan dalam mengembangkan kapasitas industri pertahanan dalam negerinya," demikian pernyataan Kementerian Pertahanan RI.

Namun, para analis memperingatkan bahwa euforia belanja senjata Turki tidak lepas dari tantangan.

"Ukuran keberhasilan kerja sama ini bukan hanya berapa banyak platform yang dibeli, tetapi bagaimana kesiapan tempur, ketersediaan sistem, dan kemampuan jangka panjang untuk mengoperasikannya dapat dipertahankan," ujar Khairul Fahmi, analis militer dari Institut Studi Keamanan dan Strategis di Jakarta.

Analis RSIS Singapura, Jamil Ghani, menambahkan bahwa hubungan baru dengan Turki menambah kompleksitas lanskap pertahanan kawasan.

"Kemitraan ini menambah lapisan baru, baik dari segi kapabilitas maupun lindung nilai strategis. Tapi perlu dicatat, jet tempur KAAN masih tahap prototipe. Negara lain akan menunggu melihat kinerjanya sebelum ikut membeli," ujarnya.

Meski begitu, daya tarik utama alutsista Turki tetap pada harga yang lebih terjangkau dibanding produk Barat. UAV Bayraktar TB2 misalnya, dilaporkan hanya sekitar US$5 juta (Rp77 miliar) per unit, jauh lebih murah daripada MQ-9 Reaper buatan AS yang mencapai US$30 juta (Rp465 miliar) per unit.

Dengan kombinasi biaya rendah, fleksibilitas politik, dan transfer teknologi, Turki kini menjadi pemain baru yang kian dilirik negara-negara Asia Tenggara. Namun, tantangan pemeliharaan, interoperabilitas dengan sistem lama, serta ketergantungan pada komponen impor masih menjadi pekerjaan rumah besar bagi Indonesia.


(tfa/tfa)
[Gambas:Video CNBC]

Read Entire Article
8000hoki online hokikilat online
1000hoki online 5000hoki online
7000hoki online 9000hoki online
800hoki download slot games 2000hoki download slot games
4000hoki download slot games 6000hoki download slot games
Ekonomi Kota | Kalimantan | | |