Oleh : Rosadi Jamani [ Ketua Satupena Kalimantan Barat ]
DI TENGAH korupsi merajalela, ada dua pelipur lara malam ini. Megawati, Red Sparks menang 3-0. Baru saja Timnas menghancurkan tim sombong, Bahrain 1-0.
Mari kita ulas laganya, wak.
SUGBK terasa seperti arena laga pendekar silat tingkat dewa. Timnas Indonesia yang sebelumnya dibantai Australia 1-5, tampil bak naga sakti keluar dari gua. Bahrain? Mereka seperti anak baru belajar kungfu, banyak gaya, tapi mudah dipatahkan.
Sejak peluit pertama dibunyikan, Jay Idzes dan kawan-kawan langsung menyerbu seperti pendekar mabuk yang baru minum tuak dari kaki Gunung Kawi. Duet Oley Romeny dan Ragnar Oratmangoen begitu ganas, membuat pertahanan Bahrain bergetar bak bambu tertiup angin badai.
Pelatih Bahrain, Dragan Talajic, sampai terlihat memijat pelipisnya, mungkin bertanya-tanya apakah ini benar laga sepak bola atau ujian masuk perguruan silat tertinggi.
Petaka bagi Bahrain datang di menit ke-24. Marselino Ferdinan, sang pendekar pengatur serangan, mengirim umpan silang seindah tarian Dewi Sri. Oley Romeny, tanpa ampun, menyambutnya dengan sontekan tipis, tipis seperti garis hidup, tapi cukup untuk menjebol gawang Ebrahim Lutfalla.
SUGBK meledak! Delapan puluh ribu penonton bergemuruh, satu kompleks perumahan di Jakarta sampai ketakutan kalau-kalau mereka sedang diserang makhluk gaib.
Patrick Kluivert tersenyum di pinggir lapangan. Senyum tipis penuh makna, seperti pendekar yang baru saja membalaskan dendam leluhur setelah dibantai Australia. Tapi senyum itu hampir pudar di menit ke-34 saat Marselino kena kartu kuning. Namun, seperti kata pepatah pendekar, “Jika tangan kanan dipatahkan, serang dengan kaki kiri.”
Di babak kedua, Bahrain mencoba menekan. Tapi barisan belakang Timnas, dengan Jay Idzes dan Rizky Ridho sebagai pengawal gerbang, tampil sekuat tembok besar Tiongkok. Maarten Paes di bawah mistar gawang seperti kiper dengan ilmu kebal. Setiap tembakan Bahrain mental seolah membentur perisai sakti.
Masuknya Ivar Jenner di menit ke-57 memberi tenaga tambahan. Bahrain terus menggempur, tapi pertahanan Timnas seperti dinding karang di Laut Selatan, kokoh, tak tergoyahkan. Menit ke-67, Marselino dapat peluang emas. Tembakannya melenceng tipis, cukup membuat supporter menjerit seperti istri pendekar yang suaminya baru kalah sabung ayam.
Bahrain terus menekan. Tapi Timnas bertahan seperti pendekar tua yang menunggu momentum untuk menyerang balik. Masuknya Kambuaya memberikan angin segar, sementara Oley Romeny ditarik keluar di menit ke-86, digantikan Sananta. Keputusan Kluivert yang seperti langkah kaisar sebelum memulai perang besar.
Tambahan waktu empat menit terasa seperti satu abad. Pendukung Timnas menahan napas, jantung mereka seperti ditarik ulur oleh kekuatan alam semesta. Tapi akhirnya, peluit panjang dibunyikan. Timnas menang 1-0! Kemenangan epik, bak pendekar yang berhasil menebas kepala naga terakhir.
Sementara di laga lain, Jepang hanya bisa bermain imbang 0-0 melawan Arab Saudi, pendekar dari Timur mungkin sedang kehilangan tenaga dalam. Australia? Mereka membantai China 2-0. China menjadi juru kunci.
Timnas Indonesia kini berada di posisi empat dengan 9 poin klasemen Grup C. Peluang lolos ke Piala Dunia terbuka kembali. Patrick Kluivert dan pasukannya telah mengukir sejarah besar bisa kalahkan Bahrain peringkat 81 FIFA.
Lawan berikutnya China dan Jepang. Jika menang lagi, Piala Dunia di depan mata. Bravo Timnas.
#camanewak