Banyumas, CNBC Indonesia — Grup Lippo dikabarkan akan membangkitkan Moro, mal tertua di Purwokerto yang sudah tutup karena dinyatakan pailit pada 2023 lalu. Hal itu diungkapkan oleh Bupati Banyumas, Sadewo Tri Lastiono di acara Puncak Bulan Inklusi Keuangan 2025 di Rita Mal Purwokerto.
Dalam sambutannya di acara yang mendorong literasi keuangan itu, Sadewo mengaku bahwa ia tidak memiliki latar belakang ilmu ekonomi dan baru mengetahui istilah kurator dari urusan negosiasi pembelian Moro Purwokerto.
Ia berharap proses akan membuahkan kesepakatan dalam penjualan atas Moro. Sebab, Sadewo mengatakan di Purwokerto hanya ada dua mal legendaris, yakni Rita mal dan Moro yang saat ini sudah tutup. Rencananya, akan dibangun juga RS di bekas mal legendaris itu.
"Rita itu salah satu mal legend. Ada satu lagi Moro, tapi kemarin tutup. Ini lagi ada negosiasi, saya sudah fasilitasi, angkanya sudah ketemu, dan kemungkinan akan menjadi mal dan rumah sakit," kata Sadewo dalam sambutannya di Puncak Bulan Inklusi Keuangan 2025 di Rita Mal Purwokerto, Sabtu (18/10/2025).
Ia melanjutkan, peminatnya adalah sebuah holding yang menggandeng Grup Lippo untuk mengembangkan mal yang sudah mati tersebut. Sadewo mengaku sudah bertemu John Riady terkait proses penjualan tersebut.
"Jadi ada holding yang mau beli holding saya, kerjasama dengan Lippo. Kemarin Mas John Riady sudah kesini ketemu saya. Mudah-mudahan bisa direalisasi, sehingga ada dua mal besar di Purwokerto. Rita dan Moro," pungkasnya.
Mengutip detikjateng, Moro sudah berdiri sejak tahun 1997. Mal legendaris itu mengalami gejolak keuangan sejak pandemi Covid-19, mengakibatkan tunggakan utang menggunung. Di antaranya, ada tanggungan untuk PHK karyawan sebanyak Rp12 miliar.
Sebagai informasi, Group Lippo memiliki sejumlah entitas bisnis, di antaranya bergerak di bidang properti dan rumah sakit, yakni PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) dan PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO).
Adapun status Lippo di SILO bukan lagi pengendali sejak September 2024. Entitas Lippo, PT Megapratama Karya Persada melepas status pengendali kepada Sight Investment milik CVC. Per 30 September 2025 Sight Investment menggenggam 63,45% SILO dan Megapratama Karya 20,6%.
(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dulu Raja Kain Era Soeharto, Kini Karam Ditimbuh Utang & Kasus Korupsi