3 Tahun Pasca IPO, Emiten Unggas Ini Omsetnya Anjlok 92%

13 hours ago 11

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Widodo Makmur Unggas Tbk. (WMUU) mencatat penjualan bersih yang turun signifikan sejak tercatat di Bursa Efek Indonesia, per 31 Desember 2021. Perseroan membukukan pendapatan sebesar Rp3,09 triliun namun per 30 September 2024 Perseroan hanya mampu membukukan pendapatan sebesar Rp238,7 miliar. Capaian tersebut anjlok sebesar 92%.

Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh penurunan segmen penjualan karkas ayam dimana segmen tersebut berkontribusi signifikan pada total penjualan WMUU yakni 95,7% dan 64,9% pada 2021 dan 2024.

Hanya segmen penjualan telur yang meningkat cukup pesat hingga 580,6%, sedangkan segmen ayam broiler, pakan, ayam umur sehari, dan karkas mengalami penurunan penjualan yang cukup signifikan di kisaran 50-95%.

Mengutip keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), manajemen menjelaskan, penyebab penurunan pendapatan adalah karena adanya penurunan kapasitas pemotongan Rumah Potong Ayam (RPA) mulai tahun 2023 sampai dengan bulan September 2024.

"Hal tersebut dikarenakan keterbatasan modal kerja yang disebabkan oleh fluktuasi harga karkas di bawah harga Harga Pokok Penjualan (HPP) di akhir tahun 2022 sehingga menjadi penyebab kerugian Perseroan pada 3 tahun terakhir," tulis manajemen, Selasa (18/3).

Manajemen mengungkapkan, hingga saat ini belum ada perubahan strategi bisnis yang berkontribusi, penurunan terjadi
akibat kondisi makro industri perunggasan.

Selain itu, kondisi makroekonomi saat ini menyebabkan penurunan daya beli masyarakat, sehingga terjadi pergeseran terhadap kebutuhan protein hewani yang sebelumnya dari ayam dan telur berubah ke protein dengan harga yang lebih
terjangkau.

Manajemen menjabarkan, faktor utama penyebab penurunan penjualan karkas sebesar 94,8% terjadi karena mayoritas pejualan Perseroan berasal dari segmen karkas. Selain kondisi makroekonomi terdapat faktor eksternal yang mempengaruhi kinerja Industri perunggasan mengalami penurunan.

Seperti misalnya, regulasi dan tekanan harga karena adanya kenaikan kuota impor Grand Parent Stock (GPS) yang dikarenakan pemerintah melakukan penunjukan melalui BUMN sehingga terjadi kelebihan pemasok (over supply) yang mengakibatkan harga jual baik Day Old Chick (DOC) , Livebird (LB) sampai dengan karkas ayam mengalami fluktuasi harga.

Selanjutnya gangguan rantai pasok karena kenaikan harga bahan baku pakan yang dikontribusi oleh harga jagung menyebabkan Harga Pokok Penjualan (HPP) mengalami kenaikan mencapai 20% - 30% sedangkan harga jual mengalami penurunan.

Dengan keterbatasan modal saat ini Perseroan membuka kerjasama untuk dapat melakukan jasa potong atau makloon dari pihak ketiga, sehingga diharapkan pendapatan tersebut dapat menutupi kebutuhan operasional dan berangsur dapat melakukan pemotongan internal.

"Kondisi makroekonomi menyebabkan pergeseran preferensi pasar, turun nya daya beli masyarakat sehingga berdampak negatif pada penjualan karkas," pungkasnya.

Sebagai informadi, WMUU IPO pada tanggal 2 Februari 2021. Saat itu WMUU melepas saham sebanyak 1.941.176.500 dengan harga saham yang ditawarkan sebesar Rp 180 per saham. Adapun dana publik yang dihimpun mencapai Rp 349 miliar.


(ayh/ayh)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Permen Yupi Mau IPO, Begini Prospek & Kinerjanya!

Next Article Bursa Kaji Batasan Free Float 10% Bagi IPO Jumbo, Ini Alasannya

Read Entire Article
8000hoki online hokikilat online
1000hoki online 5000hoki online
7000hoki online 9000hoki online
Ekonomi Kota | Kalimantan | | |