Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar mata uang Asia terhadap dolar Amerika Serikat (AS) cenderung mengalami penguatan meskipun beberapa diantaranya justru tertekan.
Dilansir dari Refinitiv, pada 2 Juni 2025 pukul 09:53 WIB, yen Jepang menguat paling signifikan yakni sebesar 0,35%, won Korea Selatan naik 0,34%, dan baht Thailand mengalami apresiasi 0,21%.
Namun berbeda halnya dengan rupiah Indonesia yang justru terdepresiasi 0,15% dan peso Filipina yang melemah 0,08%.
Sementara indeks dolar AS (DXY) juga mengalami tekanan dan menuju level 99 pada pagi hari ini, menghapus kenaikan yang dicapai pada pekan sebelumnya seiring memburuknya sentimen investor akibat ketegangan dagang yang kembali mencuat.
Penurunan ini terjadi setelah Presiden AS, Donald Trump mengumumkan bahwa AS akan menggandakan tarif impor baja dan aluminium menjadi 50% mulai 4 Juni.
Ketegangan dengan China juga meningkat setelah Beijing menolak klaim Trump bahwa China telah melanggar kesepakatan dagang yang dicapai di Jenewa bulan lalu, sehingga menimbulkan keraguan atas kemungkinan komunikasi jangka pendek antara pemimpin kedua negara.
Meski begitu, Direktur Dewan Ekonomi Nasional AS, Kevin Hassett, menyatakan pada akhir pekan bahwa percakapan antara Trump dan Presiden China Xi Jinping bisa saja terjadi secepatnya minggu ini.
Pelaku pasar kini mengalihkan fokus mereka ke serangkaian rilis data ekonomi AS yang akan datang termasuk laporan ketenagakerjaan bulanan yang sangat dinanti pada hari Jumat yang diperkirakan dapat memberikan wawasan lebih lanjut mengenai dampak ekonomi dari perubahan kebijakan perdagangan.
Hal lain yang patut dicermati yakni soal rupiah yang justru menjadi salah satu yang paling tertekan di Asia di tengah potensi perlambatan ekonomi Tanah Air beberapa bulan terakhir.
Ekonomi yang melambat ini akhirnya membuat Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunganya guna membuat roda perekonomian dapat bertumbuh dengan lebih baik.
Oleh karena itu, pemerintah lewat enam paket insentifnya diharapkan mampu menggerakkan ekonomi dan membuat ekonomi domestik mengalami perbaikan secara perlahan. Alhasil rupiah dapat mengalami apresiasi bersamaan dengan DXY yang terus terkoreksi.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)