Jakarta, CNBC Indonesia - Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Periode 2016-2019 Arcandra Tahar buka-bukaan, bahwa Indonesia menjadi negara yang terkena dampak, jika Selat Hormuz ditutup oleh Iran.
Dalam catatannya, Indonesia mengimpor minyak mentah yang melewati Selat Hormuz dalam 5 tahun terakhir mencapai 200 ribu barel per hari (bph).
"Yang kita harus lihat adalah, ini berapa besar sih impor kita dari kawasan yang melewati Selat Hormuz. Yang berpengaruh kan itu. Kalau saya lihat data beberapa tahun ya, 2020, 2021, 2022, 2023, itu antara 150 ribu sampai 200 ribu barrel per day," jelasnya kepada CNBC Indonesia dalam program Energy Corner, Selasa (24/6/2025).
Belum lagi, Indonesia juga masih mengimpor minyak mentah dari berbagai negara lainnya atau tidak hanya melalui Selat Hormuz yang terhitung mencapai 400 ribu bph. Dengan begitu, total impor minyak mentah ke Indonesia mencapai 600 ribu bph.
Ditambah, Indonesia untuk memenuhi kebbutuhan bahan bakar minyak mencapai 700 ribu bph.
"Kita assume yang masuk itu mungkin 400 ribu. Maka kita impor crude 600 ribu barrel per day. Kalau BBM kita impor itu sekitar kebutuhan kita mungkin 1,5 juta barrel per day. Kilang Pertamina menghasilkan mungkin 800 ribu. Kita impor BBM itu sekitar 700 ribu barrel per day," katanya.
Indonesia Impor dari Arab & UEA
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia sepanjang tahun 2024 masih mengimpor migas setidaknya dari negara-negara berbagai negara.
Khusus dari Arab Saudi, Indonesia tercatat melakukan impor minyak mentah mencapai 7,04 juta ton. Indonesia juga mengimpor produk petroleum dari negara tersebut mencapai 3,42 juta ton, dan produk LPG mencapai 612 ribu ton.
Sedangkan, dari UAE, Indonesia tercatat mengimpor produk petroleum mencapai 964 ribu ton sepanjang tahun 2024. Indonesia juga mengimpor LPG dari UAE sepanjang tahun 2024 mencapai 639 ribu ton.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bahaya! Selat Hormuz Segera Ditutup Iran, AS Minta Tolong China