Jakarta, CNBC Indonesia - PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) meminta relaksasi berupa izin ekspor konsentrat tembaga. Terutama setelah izin ekspor konsentrat perusahaan berakhir pada 31 Desember 2024.
Presiden Direktur AMNT, Rachmat Makkasau mengungkapkan bahwa progres pembangunan proyek smelter perusahaan saat ini baru mencapai 48%. Hal ini terjadi lantaran proses commissioning smelter berjalan lebih lambat dari yang direncanakan.
"Kami coba melakukan percobaan sana-sini untuk memastikan kapasitas bisa tercapai dengan cepat. Namun demikian, saat ini kapasitas kami masih di sekitar 48%. Dengan itu kami juga berharap dapat diberikan fleksibilitas untuk melakukan ekspor mengingat banyaknya ketidakpastian dalam proses commissioning ini," ujar Rachmat dalam RDP bersama Komisi XII DPR RI, Rabu (19/2/2025).
Rachmat pun berharap progres commissioning dan start up smelter dapat berjalan dengan baik. Ia lantas menyampaikan bahwa produksi konsentrat milik perusahaan saat ini berada di level 200 ribu ton.
"Saat ini bisa saya sampaikan juga bahwa kami ada inventory sekitar 200 ribu ton konsentrat yang sebenarnya bisa dijual kalau memang diizinkan untuk ekspor dan bisa dimaksimalkan juga untuk pendapatan negara," katanya.
Sebagaimana diketahui, proyek smelter milik perusahaan yang berlokasi di Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat ini mempunyai total kapasitas pengolahan mencapai 900 ribu kilo ton per tahun (ktpa) konsentrat dari tambang Batu Hijau dan proyek Elang.
Produk dari pengolahan ini akan berupa katoda tembaga yang mencapai 222 ktpa dan asam sulfat mencapai 830 ktpa. Sementara itu, fasilitas PMR akan menghasilkan 18 tpa emas batangan, 55 tpa perak batangan dan 70 tpa selenium.
(pgr/pgr)
Saksikan video di bawah ini: