Jakarta, CNBC Indonesia - PT Freeport Indonesia (PTFI) bakal memulai kembali uji coba (commissioning) fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) tembaga di Gresik pada pertengahan Maret 2025.
Hal ini dilakukan setelah smelter mengalami kebakaran pada Oktober 2024 lalu, sehingga smelter harus berhenti beroperasi.
Presiden Direktur PTFI Tony Wenas menargetkan proses testing atau commissioning dan pre-commissioning akan berlangsung dari pertengahan Maret hingga minggu ketiga Juni 2025.
"Rencananya testing atau commissioning, dan pre-commissioning dari fasilitas perbaikan ini akan mulai pertengahan Maret sampai dengan minggu ketiga bulan Juni," ungkap Tony dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi XII DPR RI, dikutip Kamis (20/2/2025).
Menurut Tony, kapasitas produksi nantinya akan ditingkatkan secara bertahap. Adapun, pada akhir Juni, kapasitas produksi dimulai di level 40%.
Kemudian, kapasitas produksi akan meningkat menjadi 50% di Agustus, 60% di September, 70% di Oktober, 80% di November hingga pada akhirnya kapasitas penuh 100% pada Desember 2025.
Di sisi lain, Tony menuturkan bahwa kebakaran tersebut terjadi di fasilitas Common Gas Cleaning Plant. Insiden ini menyebabkan kerusakan parah pada Wet Electro-Static Precipitator (WESP) serta beberapa ducting dan valves yang terintegrasi dengan sistem tersebut.
Ia lantas menjelaskan proses produksi dalam smelter tersebut, dalam proses produksi konsentrat dibakar di dalam tungku atau furnace yang menghasilkan emisi gas SO2. Gas lalu ditangkap dan dibersihkan di fasilitas Common Gas Cleaning Plant sebelum dialirkan ke pabrik pengolahan asam sulfat.
"SO2 ini adalah gas yang berbahaya, sehingga tidak bisa diemisikan begitu saja ke udara, ini harus ditangkap untuk dibersihkan terlebih dahulu, yaitu fasilitas yang menangkap dan membersihkan yaitu Common Gas Cleaning Plant yang terbakar," kata Tony.
Mengutip bahan paparan PTFI, investasi kumulatif untuk proyek smelter PTFI di Gresik mencapai Rp 58 triliun atau sekitar US$ 3,67 miliar. Proyek ini merupakan pemenuhan komitmen PTFI terhadap Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) yang diterbitkan pada tahun 2018.
Proyek smelter dengan desain single line terbesar di dunia ini memiliki kapasitas pengolahan 1,7 juta ton konsentrat tembaga per tahun dan memproduksi sekitar 600.000-700.000 katoda tembaga per tahun.
Bersama dengan smelter pertamanya yang dikelola PT Smelting Gresik, kedua smelter milik PT Freeport Indonesia ini akan memurnikan total 3 juta ton konsentrat tembaga per tahun, dan menghasilkan 1 juta ton katoda tembaga, 50 ton emas, dan 200 ton perak.
(wia)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Pemerintah Pertimbangkan Buka Keran Ekspor Konsentrat Freeport
Next Article Punya Pabrik Raksasa, Bos MIND ID: RI Bisa Jadi Pusat Industrialisasi