IHSG Pekan Lalu Terbaik di Asia, Pekan Depan Bagaimana?

11 hours ago 7

Jakarta, CNBC Indonesia — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pekan lalu menorehkan kinerja ciamik. Dari lima hari perdagangan, hanya satu hari IHSG tergelincir ke zona merah. 

Kendati aliran modal asing masih mengalir deras keluar, IHSG sepanjang pekan lalu naik 3,74% ke level 6.678,92. Angka ini lebih baik dibandingkan pekan sebelumnya, yakni 2,81%.

Catatan tersebut membawa IHSG menjadi yang terbaik di Asia-Pasifik pada pekan lalu. Indeks yang paling mendekati kinerja IHSG adalah Nikkei 225 (Jepang) yang naik 2,81% dan  Straits Times (Singapura) yang naik 2,78%. 

Sebagai informasi, IHSG masih berada di resistance rawan adanya aksi profit taking dan rupiah juga masih menghadapi tantangan repatriasi dividen big bank.

Secara teknikal, IHSG di posisi 6.600 sedang menguji resistance horizontal line yang ditarik dari high 14 Maret 2025. 

Adapun pasar keuangan pekan depan diperkirakan bergerak dinamis. Investor akan mencermati arah inflasi domestik, perkembangan pasar tenaga kerja AS, hingga kondisi pemulihan ekonomi global.

Dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data inflasi April 2025 pada 2 Mei. Inflasi menjadi perhatian utama, terutama setelah beberapa bulan terakhir tekanan harga pangan meningkat akibat faktor musiman dan distribusi.

Selain itu, Bank Indonesia (BI) juga akan merilis laporan Survei Perbankan Triwulan I-2025 pada 28 April. Survei ini akan memberikan gambaran tentang prospek kredit dan likuiditas perbankan ke depan.

Puncaknya, pada 5 Mei, publikasi pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan I-2025 akan menjadi penentu arah kepercayaan pasar. Optimisme perlu dijaga, mengingat sektor konsumsi berpotensi tertekan di tengah tren suku bunga tinggi.

Pasar juga akan memperhatikan potensi volatilitas rendah pada awal pekan, seiring Hari Buruh Internasional (1 Mei) dan Hari Penampahan Kuningan (2 Mei) yang menjadi hari libur di Indonesia.

Sebaliknya, pasar AS tetap aktif sepanjang pekan, dengan puncak volatilitas diperkirakan pada rilis data GDP, PCE, dan laporan ketenagakerjaan.

Dari Amerika Serikat, pekan depan akan dipenuhi sederet data kelas berat yang bisa menggerakkan pasar global.

Data PCE Price Index untuk bulan Maret ukuran inflasi favorit Federal Reserve akan dirilis pada 30 April malam. Proyeksi pasar memperkirakan PCE tahunan naik menjadi 2,5% dari sebelumnya 2,2%. Kenaikan ini bisa memperkuat ekspektasi bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama.

Selain itu, laporan JOLTs Job Openings dan Consumer Confidence pada 29 April, serta data Initial Jobless Claims dan ISM Manufacturing PMI pada 1 Mei juga akan menjadi referensi pasar untuk mengukur kekuatan ekonomi AS.

Pada saat bersamaan, data GDP Q1-2025 versi awal akan dirilis. Ekonomi AS diperkirakan tumbuh 0,5% secara kuartalan, melambat dari kuartal sebelumnya, mengindikasikan efek pengetatan moneter yang mulai terasa.

Dari China, pelaku pasar akan memantau NBS Manufacturing PMI dan Caixin Manufacturing PMI untuk April yang akan dirilis pada 30 April pagi.

PMI resmi diperkirakan stabil di area ekspansi tipis, sekitar 50,5, sementara Caixin PMI di angka 51,2. Data ini akan menjadi cermin kesehatan sektor manufaktur China setelah stimulus fiskal dan moneter digeber beberapa bulan terakhir.

Jika PMI menguat, sentimen pasar Asia berpeluang membaik. Sebaliknya, bila kembali melemah, kekhawatiran soal prospek pertumbuhan global bisa kembali mencuat.

(mkh/mkh)

Read Entire Article
8000hoki online hokikilat online
1000hoki online 5000hoki online
7000hoki online 9000hoki online
Ekonomi Kota | Kalimantan | | |