RI Bakal Jadi Negara Berpenghasilan Tinggi di 2045, Ini Syaratnya

4 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - McKinsey Global Institute (MGI) menyebut, Indonesia dapat meraih status negara berpenghasilan tinggi (high-income economy) di 2045 jika mampu menciptakan kondisi yang menunjang pertumbuhan produktivitas sebagaimana dilakukan negara-negara lain.

"Terdapat dua faktor besar yang dapat dipelajari dari negara-negara lain untuk menjadi acuan bagi Indonesia meraih negara berpenghasilan tinggi," tulis McKinsey melalui keterangan resminya, Kamis (1/5).

Dua faktor tersebut di antaranya, pertumbuhan rasio antara modal terhadap jumlah pekerja (capital per worker), atau disebut pendalaman modal (capital deepening), serta sektor-sektor bisnis yang lebih kompetitif yang dapat mencetak lebih banyak perusahaan menengah dan besar.

Meskipun Indonesia telah mengambil langkah besar untuk menurunkan angka kemiskinan ekstrem sejak 1980, namun untuk beralih ke negara berstatus high-income, Indonesia perlu menaikkan pertumbuhan produktivitas (output per worker) tahunannya yang sejak tahun 2000 berada di angka 3,1% menjadi 4,9%.

Negara-negara berstatus high-income ditandai oleh pendapatan per kapita setidaknya US$1 4.000.

Sebagai negara dengan ekonomi terbesar ke-16 serta negara dengan jumlah penduduk terbanyak ke-4 di dunia, Indonesia dapat memberi dampak positif bagi perekonomian global apabila mampu mencapai status high-income economy.

"Laporan ini menyoroti peran krusial perusahaan, terutama perusahaan menengah dan besar, sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi yang produktif dan berpendapatan tinggi," sebutnya.

Dalam laporan ini dibahas bagaimana transformasi di lima jenis modal (capital) dapat membantu Indonesia mendorong pertumbuhan produktivitasnya dan membantu para pelaku usaha dan pembuat kebijakan melacak kemajuannya.

Pertama, modal keuangan (financial capital) dengan memperluas kredit swasta (private kredit) dan kapitalisasi pasar saham untuk mendukung investasi kegiatan usaha.

Selanjutnya, modal manusia (human capital) dengan cara meningkatkan kualitas pendidikan dan kecocokan keterampilan (skills matching) untuk mendorong produktivitas tenaga kerja.

Kemudian, modal institusional (institutional capital) dengan cara menyederhanakan proses registrasi kegiatan usaha serta kejelasan peraturan perundang-undangan untuk mengurangi biaya dan meningkatkan kegesitan (agility) kegiatan usaha.

Lalu, modal infrastruktur (infrastructural capital) dengan cara membangun jalan, pelabuhan, infrastruktur digital untuk memperkuat logistik dan konektivitas.

Terakhir, modal kewirausahaan (entrepreneurial capital) dengan mendukung perusahaan rintisan (start-up) serta meningkatkan private equity dan venture capital investment untuk membangun inovasi.

"Untuk meraih status high-income economy, Indonesia harus meningkatkan jumlah perusahaan menengah dan besar sebanyak tiga kali lipat, sehingga menciptakan lebih banyak lapangan kerja berkualitas tinggi, dan mendorong pertumbuhan berbagai sektor value added," kata Chris Bradley, Senior Partner McKinsey dan direktur MGI.

Selain manufaktur dan pertanian, pangsa terbesar dari value added kemungkinan berasal dari sektor jasa. "Dalam upaya meraih status high-income economy, Indonesia perlu memperkuat lima capital, termasuk sistem keuangan yang tangguh, sistem pendidikan yang kuat, peraturan dan kebijakan kegiatan usaha yang mudah, infrastruktur kelas dunia, dan ekosistem yang mendukung bagi start-up dan perusahaan kecil," jelasnya.

Managing Partner, McKinsey & Company, Indonesia Khoon Tee Tan mengatakan, dengan berfokus pada bidang-bidang tersebut, Indonesia dapat membangun kondisi yang mendukung pertumbuhan produktivitas yang lebih tinggi.


(ayh/ayh)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Pilihan Instrumen Investasi Saat Ekonomi Tengah Bergejolak

Next Article Ekonomi Jepang Tak Baik-Baik Saja, Ini Bukti Barunya

Read Entire Article
8000hoki online hokikilat online
1000hoki online 5000hoki online
7000hoki online 9000hoki online
Ekonomi Kota | Kalimantan | | |