Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terperosok pada perdagangan sesi pertama hari ini, Kamis (19/6/2025). Indeks mengakhiri perdagangan sesi awal dengan penurunan lebih dari 1%.
IHSG turun 100 poin atau 1,41% ke level 7.007,82 pada jeda perdagangan siang ini. Sebanyak 568 saham turun, 85 saham naik, dan 144 tidak bergerak. Nilai transaksinya mencapai Rp 7,5 triliun yang melibatkan 15 miliar saham dalam 859.680 kali transaksi. Kapitalisasi pasar pun kembali menciut jadi Rp 12.295,62 triliun.
Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan, pelemahan pasar saham Tanah Air disebabkan oleh sejumlah faktor. Di antaranya dipengaruhi oleh The Fed yang menurunkan proyeksi penurunan suku bunga acuan menjadi 2 kali pada tahun ini.
"Secara teknikal, IHSG berada dalam fase bearish consolidation, mengingat Stochastics K_D dan RSI masih negatif," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Kamis (19/6).
Nafan menjelaskan, berdasarkan Dot Plot terbarunya, The Fed memperkirakan bahwa inflasi akan tetap tinggi dan pertumbuhan ekonomi nasional Amerika Serikat (AS) diperkirakan akan lebih rendah kedepannya. Sehingga membuat The Fed memutuskan untuk mempertahankan Fed Rate di level 4,5%.
Sementara itu, Bank Indonesia (BI) menilai bahwa ketidakpastian global masih tinggi akibat dinamika negosiasi tarif resiprokal AS serta ketegangan geopolitik di Timur Tengah, memperlambat pertumbuhan ekonomi global kedepannya.
"Oleh sebab itu, BI berfokus menjaga stabilitas nilai tukar. Dalam RDG, BI turut memutuskan untuk tetap mempertahankan BI Rate sebesar 5,5%," sebutnya.
Sementara, Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nicodemus yang mengatakan, saat ini pelaku pasar tengah menyoroti perkembangan tensi geopolitik yang dimana Amerika tengah memperhitungkan untuk menyerang Iran.
Sementara Presiden AS Donald Trump tidak memberikan kepastian lantaran Ia memberikan informasi secara mendadak sebagai respon dari situasi dan kondisi Timur Tengah yang belum pasti.
"Hal ini tentu saja membuat pelaku pasar dan investor khawatir karena eskalasi serangan berpotensi menjadi lebih besar dan memberikan dampak yang jauh lebih serius," ucapnya.
Selain itu, The Fed juga menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi, dimana ada potensi kenaikkan inflasi, kenaikkan pengangguran, ditambah lagi dengan adanya tensi geopolitik.
"Hal ini yang membuat pelaku pasar dan investor khawatir bahwa situasi dan kondisi yang ada saat ini semakin tidak pasti," pungkasnya.
(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Inflasi-Sektor Tenaga Kerja AS "Aman",The Fed Tahan Suku Bunga