Jakarta, CNBC Indonesia - Permintaan global terhadap komoditas batu bara RI diproyeksikan akan mencapai puncaknya mulai 2030 mendatang. Hal tersebut seiring dengan adanya tren transisi energi yang dilakukan oleh sejumlah negara tujuan ekspor.
Direktur Eksekutif Indonesian Mining Association (IMA) Hendra Sinadia mengatakan bahwa permintaan batu bara global diprediksi mencapai titik puncaknya, kemudian secara bertahap akan mengalami penurunan.
"Nah peaknya ini memang ada beberapa pendapat dari berbagai pihak, ada yang menyatakan di 2030, ada juga melihat di 2035, mereka melihat di 2035 mungkin pada saat itu China itu peak untuk net zero emission target mereka," kata Hendra dalam sesi diskusi peluncuran laporan The Energy Shift Institute "Coal in Indonesia: Paradox of Strength and Uncertainty", Selasa (17/6/2025).
Hendra menjelaskan bahwa China sendiri saat ini merupakan konsumen terbesar batu bara dari Indonesia. Sehingga dengan adanya perubahan arah kebijakan energi di negeri panda tentunya akan berdampak terhadap prospek pasar batu bara RI.
Menurut Hendra, pada 2025 tren produksi batu bara RI diprediksi akan mulai mengalami penurunan seiring dengan melemahnya permintaan dari China dan India yang merupakan tujuan ekspor terbesar RI. Pasalnya, kedua negara tersebut saat ini juga tengah menggenjot konsumsi energi yang berasal dari dalam negeri.
Meski begitu, ia menekankan bahwa secara jangka panjang, peran batu bara sebagai sumber energi dalam negeri masih akan cukup penting. Terlebih, pemerintah mempunyai target dalam mewujudkan swasembada energi.
"Kita relatively masih cukup panjang hanya untuk memenuhi kepentingan domestik, apalagi di asta cita pemerintah, swasembada energi ini merupakan salah satu prioritas," katanya.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]