Profesi Ini Rawan Kena PHK Massal, Jangan Bangga Gaji Tinggi

7 hours ago 4

Jakarta, CNBC Indonesia - Kekhawatiran soal teknologi kecerdasan buatan (AI) dan dampaknya terhadap pekerjaan manusia sudah ramai digaungkan sejak kemunculan layanan populer ChatGPT dari OpenAI pada 2022 silam.

Namun, para pengusaha kerap menangkis argumen tersebut dengan mengatakan bahwa AI tak akan menggantikan peran pekerja manusia, melainkan hanya bersifat membantu.

Narasi tersebut sepertinya tak lagi bisa dipertahankan. Nyatanya, banyak raksasa teknologi yang melakukan PHK massal, sembari menggenjot adopsi AI yang lebih produktif dan efisien dalam menjalankan tugas.

Baru-baru ini, beberapa CEO raksasa AS mulai blak-blakan mengakui dampak AI terhadap pekerjaan manusia. Salah satunya CEO Ford Motor Jim Farley.

"Kecerdasan buatan akan menggantikan setengah dari seluruh pekerja kantoran (white collar) di AS," kata Farley kepada penulis Walter Isaacson di Aspen Ideas Festival, dikutip dari DailyMail, Jumat (4/7/2025).

"AI akan menggeser banyak pekerja white collar," ia menegaskan.

Sebelumnya, para petinggi perusahaan bersikap hati-hati dalam mengakui secara terbuka kenyataan tentang berapa banyak pekerjaan yang dapat dipangkas dari perusahaan mereka sebagai akibat dari AI.

Namun, keadaan tampaknya mulai berubah, dan komentar Farley termasuk yang paling transparan.

Pernyataan tersebut diungkap setelah CEO Amazon Andy Jassy mengumumkan kemungkinan akan ada PHK di masa mendatang karena perusahaan terus menerapkan AI dalam operasinya.

Meskipun dampak AI tidak akan seragam, teknologi itu kemungkinan akan memengaruhi pekerjaan administratif yang dapat diotomatisasi di Amazon. Misalnya entri dan pemrosesan data, telemarketing, layanan pelanggan, penjadwalan, dan jalur perakitan manufaktur.

Jassy mengatakan bahwa ia juga berencana untuk mengurangi pekerja korporat perusahaan selama beberapa tahun ke depan. Pasalnya, AI akan membuat peran tertentu menjadi tak relevan dikerjakan manusia.

Ia memberi tahu karyawan dalam sebuah catatan yang dilihat oleh Wall Street Journal bahwa AI adalah kemajuan teknologi sekali seumur hidup dan telah mengubah cara Amazon beroperasi.

Sentimen tersebut juga digaungkan oleh CEO Anthropic, Dario Amodei, yang baru-baru ini memperingatkan bahwa AI dapat menghapus setengah dari semua pekerjaan white collar tingkat pemula.

Amodei meminta para pemimpin bisnis lainnya untuk berhenti menutupi kebenaran dan bersiap menghadapi kenyataan bahwa pengangguran di AS dapat meningkat antara 10-20%.

Beberapa pihak telah menanggapi seruan tersebut, termasuk Micha Kaufman, CEO pasar pekerja lepas Fiverr. Ia memberi tahu para karyawan bahwa mereka harus menerima kenyataan kalau nantinya AI akan mengubah pekerjaan mereka dan bisnis itu sendiri.

"Ini adalah peringatan," tulisnya dalam sebuah memo.

"Tidak masalah apakah Anda seorang programmer, desainer, manajer produk, ilmuwan data, pengacara, perwakilan layanan pelanggan, tenaga penjualan, atau staf keuangan, AI akan datang untuk Anda," kata dia dalam memo tersebut.

Shopify baru-baru ini mengumumkan bahwa mereka tidak akan melakukan perekrutan baru kecuali para manajer terlebih dahulu membuktikan bahwa pekerjaan tersebut tidak dapat dilakukan oleh AI.

Marianne Lake, kepala divisi bisnis konsumen dan komunitas JPMorgan Chase, memberi tahu para investor pada Mei 2025 bahwa ia memperkirakan akan mengurangi 10% stafnya dalam beberapa tahun ke depan dan menggantinya dengan sistem AI.

Bahkan perusahaan teknologi besar telah memulai PHK yang brutal saat mereka berlomba untuk berinvestasi dalam pengembangan AI.

Microsoft mengonfirmasi pada pekan ini bahwa mereka akan memangkas sekitar 9.000 pekerjaan karena terus menggelontorkan uang ke dalam AI.

"Kami terus menerapkan perubahan organisasi yang diperlukan untuk memposisikan perusahaan dan tim dengan sebaik-baiknya agar sukses di pasar yang dinamis," kata Microsoft dalam sebuah pernyataan.

Bulan lalu Procter & Gamble, yang membuat popok, deterjen, dan barang-barang rumah tangga lainnya, mengumumkan akan memangkas 7.000 pekerjaan, atau sekitar 15% dari peran non-manufaktur.

Berbeda dengan nasib karyawan white collar, pekerjaan kerah biru (blue collar) tampak lebih terlindungi. Para lulusan perguruan tinggi dengan pekerjaan white collar di bidang teknologi, keuangan, hukum, dan konsultasi justru diprediksi akan terkena dampak besar.

Hal ini memicu ketakutan terhadap ancaman resesi dan generasi lulusan yang kecewa dengan nasibnya yang telantar. Meski memiliki CV mentereng, para lulusan white collar akan kesulitan mendapatkan perusahaan yang mau menampung mereka sebagai karyawan, menurut laporan Daily Mail.


(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Video: Bos Teknologi Tegaskan AI Bukan Ancaman Untuk Pekerja

Read Entire Article
8000hoki online hokikilat online
1000hoki online 5000hoki online
7000hoki online 9000hoki online
800hoki download slot games 2000hoki download slot games
4000hoki download slot games 6000hoki download slot games
Ekonomi Kota | Kalimantan | | |