Jakarta, CNBC Indonesia - NASA akhirnya mendapatkan alokasi anggaran US$ 10 miliar (Rp 161,7) triliun untuk misi perjalanan ke Bulan, dari pemerintah Amerika Serikat. Program ini sebelumnya ditentang oleh Elon Musk, CEO SpaceX yang kini telah tersingkir dari lingkaran orang terdekat Presiden Donald Trump.
Hampir setengah dari total anggaran tersebut akan digunakan oleh NASA untuk membangun dua sistem peluncuran roket Space Launch System (SLS) untuk misi Artemis IV dan Artemis V.
Sisanya akan digunakan untuk membangun stasiun luar angkasa pertama yang mengorbit Bulan. Pembangunan stasiun luar angkasa di Bulan dibutuhkan untuk "memastikan kehadiran manusia secara berkesinambungan di Bulan."
Musk sebelum mengkritik roket SLS karena sistem pendorong tersebut hanya bisa dipakai sekali, tidak seperti roket buatan SpaceX yang bisa digunakan berulang kali. "Membuat saya sedih, karena miliaran dolar meledak untuk setiap peluncuran."
Presiden AS Donald Trump, saat masih "akrab" dengan Musk, sempat mengusulkan agar misi Artemis dicoret dari anggaran belanja pemerintah AS.
Dalam anggaran yang baru disepakati oleh kongres, NASA juga mendapatkan dana untuk mengirim sampel yang dikumpulkan oleh robot di Mars kembali ke Bumi. Dana juga disiapkan untuk membangun wahana Orion sebagai kendaraan misi Artemis dan alokasi misi di ISS selama 5 tahun ke depan.
Berdasarkan hasil riset Pew, hanya sebagian kecil warga Amerika Serikat yang menilai misi perjalanan ke Bulan dan Mars tetap menjadi prioritas NASA. Mereka lebih takut terhadap ancaman hantaman asteroid ke Bumi dan "kiamat" perubahan iklim.
Berdasarkan hasil survei, hanya 12 persen warga AS yang merasa prioritas anggaran NASA sebaiknya digunakan untuk mengirim astronaut ke Bulan dan ke Mars.
Mayoritas warga AS memilih prioritas yang lain untuk NASA dalam 5 hingga 10 tahun ke depan yaitu, pemantauan asteroid dan perubahan iklim di Bumi.
Keinginan penduduk Amerika bertentangan dengan kebijakan kongres AS yang mengalokasikan mayoritas anggaran NASA untuk membiayai misi perjalanan luar angkasa Artemis. Di sisi lain, anggaran misi NASA untuk sains bakal dipangkas.
Mayoritas warga AS (65 persen), menurut Tech Crunch, menilai posisi negaranya sebagai pemimpin dalam teknologi dan pencapaian luar angkasa sangat penting. Riset Pew juga menunjukkan bahwa penduduk Amerika sangsi kebijakan untuk menarik pihak swasta di industri luar angkasa akan sukses.
Penduduk AS menilai NASA harus tetap memegang peran kunci di tengah agresivitas perusahaan swasta seperti SpaceX milik Elon Musk dan Blue Origin milik Jeff Bezos.
SpaceX dan Blue Origin telah bekerja sama erat dengan NASA dalam pengembangan berbagai teknologi. Bahkan, roket milik SpaceX kini menjadi andalan NASA untuk mengirim astronaut ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).
Selain itu, perusahaan swasta mengambil peran utama dalam bisnis "wisata luar angkasa". Proyek Artemis, yang bertujuan mengirim manusia ke bulan kini juga telah memasuki misi kedua.
(dem/dem)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Cuma di Bumi, Donald Trump Mulai Acak-Acak Luar Angkasa