FOTO Internasional
Reuters, CNBC Indonesia
04 July 2025 21:40

Seorang pria Palestina memandikan putranya di dalam tempat penampungan mereka di tengah teriknya musim panas, di Kota Gaza, Kamis (3/7/2025). Saat bulan Juli dimulai, wilayah Gaza kembali dihantam suhu ekstrem dan kelembapan tinggi yang menjadi ciri khas musim panas di kawasan tersebut. Namun bagi jutaan warga yang terpaksa hidup dalam pengungsian, panas tahun ini terasa jauh lebih menyiksa. (REUTERS/Dawoud Abu Alkas)

Dengan minimnya pasokan listrik dan ketiadaan akses terhadap kipas angin atau pendingin ruangan, ribuan orang kini bertahan hidup dalam tenda-tenda darurat berbahan plastik dan nilon dimana material yang justru memerangkap panas dan menjadikan suhu di dalam tenda nyaris tak tertahankan. (REUTERS/Dawoud Abu Alkas)

“Seperti api,” kata Abu Wadea, salah satu pengungsi yang tinggal di pinggir pantai Khan Younis. Duduk di tepi tendanya, ia tak kuasa masuk lebih jauh karena panas di dalam terlalu menyengat. “Tidak ada kipas, tidak ada udara. Hanya kelembapan, panas, dan matahari yang langsung membakar tenda,” ujarnya. (Tangakapan Layar Video Reuters/)

Situasi kemanusiaan di Gaza semakin memprihatinkan, menyusul serangan Israel yang berlangsung sejak Oktober 2023. Serangan dimulai setelah kelompok Hamas melancarkan serbuan ke wilayah Israel, menewaskan 1.200 orang dan menyandera 251 lainnya, menurut data otoritas Israel. (REUTERS/Dawoud Abu Alkas)

Sebagai balasan, Israel meluncurkan operasi militer besar-besaran yang hingga kini telah menewaskan lebih dari 57.000 warga Palestina, menurut Kementerian Kesehatan Gaza. Sebagian besar dari lebih dari dua juta penduduk Gaza kini terusir dari rumah mereka, menghadapi kelaparan, dan tinggal di tengah reruntuhan. (REUTERS/Dawoud Abu Alkas)