FOTO
CNBC Indonesia/Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
01 November 2025 13:00
Gemericik air terjun menyambut langkah kaki yang menuruni jalan beraspal di Tondano Utara, Minahasa. Di balik pepohonan, tampak bangunan tua bergaya kolonial Belanda yang masih berdiri kokoh — Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Tonsealama. Bangunan ini menjadi saksi sejarah di mana listrik pertama kali menerangi bumi Minahasa dan dikenal sebagai PLTA tertua di Sulawesi. (CNBC Indonesia/Verda Nano Setiawan)
Dibangun pada 1912 dan mulai beroperasi pada 1923, PLTA Tonsealama menjadi simbol awal pengelolaan energi air di Indonesia bagian timur. Meski lokasinya tak jauh dari jalan utama, pengunjung harus berjalan kaki menuju kompleks pembangkit karena jembatan utama sedang diperbaiki. Hanya sebuah jembatan kayu sempit yang kini menghubungkan jalan menuju gedung tua tersebut. (CNBC Indonesia/Verda Nano Setiawan)
Assistant Manager Operasi PLN NP UP Minahasa, Oudy Rumbajan, menjelaskan bahwa PLTA Tonsealama masih beroperasi dengan tiga unit pembangkit, masing-masing berkapasitas 4 MW, 4,5 MW, dan 4,3 MW. “Untuk kelistrikan di Sulawesi Utara, Tengah, dan Gorontalo itu saling terhubung dalam sistem interkoneksi,” ujarnya, Kamis (30/10/2025). Ia menambahkan, sebagian besar peralatan masih mempertahankan komponen aslinya, sementara sisanya telah diganti agar operasi tetap optimal. (CNBC Indonesia/Verda Nano Setiawan)
Sebagai salah satu PLTA tertua di Indonesia, selain PLTA Bengkok di Bandung, Tonsealama menjadi kebanggaan tersendiri bagi para operatornya. “Kami merasa terhormat bisa terus memproduksi listrik dari pembangkit bersejarah ini,” tutur Oudy. Untuk menjaga keberlanjutan operasi, PLN bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Minahasa dan Balai Wilayah Sungai (BWS) dalam kegiatan perawatan serta pengendalian sedimentasi. (CNBC Indonesia/Verda Nano Setiawan)
Selain menjaga warisan energi masa lalu, pemerintah kini terus memperluas akses listrik bagi masyarakat di berbagai daerah, termasuk wilayah 3T. Sehari sebelum kunjungan ke PLTA Tonsealama, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia meresmikan sejumlah proyek ketenagalistrikan di Minahasa, termasuk Program Bantuan Pemasangan Baru Listrik (BPBL) yang telah menjangkau lebih dari 100 rumah tangga. (CNBC Indonesia/Verda Nano Setiawan)
Bahlil menilai elektrifikasi bukan semata proyek infrastruktur, melainkan bentuk keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Ia menekankan pentingnya menghadirkan listrik di wilayah perbatasan demi menjaga kedaulatan negara. “Kita tidak boleh biarkan desa-desa di perbatasan merasa terabaikan. Ini soal nasionalisme,” ujarnya. Hingga semester I 2025, rasio elektrifikasi nasional mencapai 98,53%, sedangkan Sulawesi Utara mencatat 99,40%. (CNBC Indonesia/Verda Nano Setiawan)
Dalam kesempatan yang sama, Bahlil juga meresmikan dua proyek Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) — Wairara di Sumba Timur, NTT, dan Anggi di Pegunungan Arfak, Papua Barat. PLTMH Wairara dengan kapasitas 128 kW kini menerangi lebih dari 100 rumah dan fasilitas publik. Sementara PLTMH Anggi Tahap II ditargetkan meningkat kapasitasnya menjadi 1 MW untuk melayani masyarakat di pegunungan Papua. (CNBC Indonesia/Verda Nano Setiawan)

3 hours ago
2

















































