Jakarta, CNBC Indonesia - Meski teknologi kian memudahkan proses pencarian kerja, banyak pekerja muda di Indonesia masih mengandalkan "orang dalam" atau ordal untuk mendapatkan pekerjaan. Kondisi ini menunjukkan sistem rekrutmen di Indonesia belum sepenuhnya transparan dan merata.
Penelitian oleh Senza Arsendy, kandidat doktor sosiologi di Universitas Melbourne, menemukan jejaring personal masih menjadi faktor kunci dalam mengakses informasi lowongan kerja, terutama di kalangan lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
"Riset saya menemukan bahwa ordal berperan penting dalam proses pencarian kerja lulusan muda. Hampir semua partisipan mengaku dibantu kenalan dekat untuk melamar atau sekadar memperoleh informasi lowongan kerja," ungkap Arsendy dalam tulisannya yang dimuat The Conversation, dikutip Jumat (6/6/2025).
Namun, koneksi semacam ini hanya membuka pintu awal dan tidak menjamin peningkatan status ekonomi pekerja. Dalam risetnya terhadap 40 pekerja muda usia 18-24 tahun dari latar belakang ekonomi menengah-bawah, Arsendy juga menemukan ketimpangan akses informasi.
Minimnya koneksi sekolah ke dunia industri membuat lulusan SMK harus mengandalkan jejaring pribadi. "Sebagian peserta bahkan harus mencari tempat Praktik Kerja Lapangan (PKL) sendiri karena sekolah tidak memiliki mitra industri," jelasnya.
Arsendy juga mencatat, peluang kerja di sektor jasa cenderung beredar dari mulut ke mulut, bukan melalui kanal resmi atau platform rekrutmen digital.
Kondisi ini menjadi sinyal bagi pembuat kebijakan dan pelaku industri untuk membenahi sistem rekrutmen agar lebih inklusif dan adil. Tanpa perbaikan, ketimpangan sosial dalam akses kerja dikhawatirkan terus berlanjut dan memperlebar kesenjangan ekonomi di kalangan generasi muda.
(dce)
Saksikan video di bawah ini:
Kementerian PKP Kurban 10 Ekor Sapi untuk Dibagikan ke Warga Rusun
Next Article Video: Kabar Gembira! BUMN Gelar Rekrutmen Bersama 2025