Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintahan Trump dilaporkan akan menekan India untuk membuka penuh akses pasar e-commerce mereka yang bernilai US$125 miliar (Rp2.109 triliun) kepada raksasa online seperti Amazon dan Walmart.
Menurut laporan Financial Times yang dikutip Reuters, Rabu (23/4/2025), tekanan ini akan menjadi bagian dari pembahasan luas dalam perundingan perjanjian dagang antara AS dan India.
Selain e-commerce, sektor lain seperti makanan hingga otomotif juga akan masuk dalam agenda diskusi. Hal ini akan membuat India berada dalam posisi dilema dalam memprioritaskan pertumbuhan industri lokal dan melindungi UMKM dari gempuran e-commerce asing dari AS.
Saat ini, Amazon dan Walmart beroperasi di India melalui unit lokal, tetapi menghadapi berbagai pembatasan pemerintah setempat. Kedua perusahaan dilarang memegang inventaris secara langsung dan menjual produk ke konsumen, berbeda dengan perusahaan domestik seperti Reliance yang bebas membuka toko fisik dan mengoptimalkan jaringan ritelnya untuk menjangkau pasar nasional.
Baik Amazon maupun Walmart belum memberikan komentar resmi terkait laporan tersebut.
Di tengah tekanan ini, India dan AS sedang merundingkan kesepakatan dagang yang diharapkan bisa tercapai sebelum berakhirnya masa tenggang 90 hari atas kenaikan tarif baru AS.
Penangguhan tarif ini diumumkan Trump pada 9 April lalu bagi negara-negara mitra dagang utama.
Wakil Presiden AS JD Vance juga telah bertemu dengan Perdana Menteri India Narendra Modi pada Senin, mempertegas keinginan Washington untuk segera menuntaskan kesepakatan.
Permintaan dan kebijakan tarif dari pemerintah Trump ini, bukan tidak mungkin Negeri Bollywood itu harus menghadapi "penjajahan ekonomi" dengan perusahaan-perusahaan besar Amerika mendominasi pasar domestik mereka.
(fab/fab)
Saksikan video di bawah ini:
Tarif Trump Makan Korban Baru: 800 Pekerja Volvo di AS Bakal PHK
Next Article Petaka Tarif Trump, 7 Raksasa Teknologi Tumbang Seketika