Petaka Tarif Trump Makan Korban Baru, Raja Ecommerce Teriak

6 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang tarif yang dilancarkan Presiden AS Donald Trump ke China berdampak besar terhadap bisnis raksasa teknologi berbasis AS. Salah satu yang terkena hantaman besar adalah raksasa e-commerce Amazon.

Sepanjang 2025, saham Amazon sudah turun lebih dari 30%. Pada pekan lalu, Amazon berupaya menenangkan para investor yang khawatir dengan masa depan perusahaan.

Amazon mengatakan hingga kini belum melihat kelesuan permintaan barang di platformnya. Amazon mengklaim peningkatan rata-rata harga barang juga masih stabil.

"Ada peningkatan pembelian untuk beberapa kategori barang," kata Amazon, dikutip dari Reuters, Senin (5/5/2025).

CEO Amazon Andi Jassy mengatakan perusahaan terus berupaya untuk mendorong para pedagang di platformnya untuk memindahkan pesanan ke AS lebih awal demi menghindari dampak tarif.

"Pedagang pihak ketiga kami sudah menarik sejumlah barang sehingga mereka juga memiliki persediaan di AS. Kami mendorong hal itu karena kami berusaha menjaga harga serendah mungkin," kata Jassy.

Namun, analis menilai upaya Amazon untuk mendorong penimbunan barang barang sebelum terkena dampak tarif hanya memberikan solusi jangka pendek. Dalam beberapa bulan ke depan, para pedagang e-commerce mau tak mau harus menaikkan harga barang ketika inventaris sudah menipis dan tarif resiprokal tetap tinggi.

"Saya tak bisa membayangkan para pedagang menimbun barang lebih dari 6 bulan," kata Gil Luria, analis di D.A. Davidson.

"Jika sudah lewat 6 bulan dan kondisi masih penuh ketidakpastian seperti sekarang, Amazon harus mengambil tindakan yang kurang mengenakkan," ia menambahkan.

Tindakan yang dimaksud adalah membiarkan harga jual lebih tinggi, mengambil margin lebih rendah secara struktural, dan mendorong pedagang untuk menyerap margin lebih rendah.

Bukan cuma Amazon yang berdarah-darah menghadapi perang tarif AS dan China. Raksasa teknologi lain yang bergerak di bisnis konsumen juga menghadapi tantangan serupa. Antara lain Apple, Qualcomm, Intel, dan Samsung.

Amazon memang memiliki divisi bisnis yang tidak terlalu berdampak dengan tarif Trump, yakni bisnis komputasi cloud AWS. Namun, segmen tersebut mencatat performa yang mengecewakan di kuartal-I (Q1) 2025. AWS terbukti tak mampu menyaingi kinerja moncer divisi cloud Azure milik Microsoft.

Tak Cuma Tarif yang Bikin Amazon Berdarah-darah

Masalah tarif Amazon meluas ke lebih dari sekadar bea masuk yang besar. Pada tanggal 2 Mei, pemerintah Trump juga mengakhiri kebijakan de minimis yang selama ini menguntungkan penjualan barang impor murah.

Penghapusan de minimis diperkirakan akan berdampak besar pada beberapa penjual pihak ketiga perusahaan dan bisnis logistiknya, yang mengirimkan sebagian besar barang dagangannya dari China.

Dampak penghapusan de minimis sudah terasa saat ini. Beberapa pedagang barang murah di Amazon Haul berencana tidak turut serta dalam periode diskon besar-besaran Amazon Prime Day pada Juli mendatang.

Ketiadaan diskon dinilai akan berdampak pada kurangnya minat beli masyarakat.

Pertumbuhan pendapatan dari layanan penjual pihak ketiga Amazon turun lebih dari setengahnya menjadi 7% pada Q1 2025, tidak termasuk dampak nilai tukar mata uang asing.

Layanan penjual pihak ketiga menyumbang hampir seperempat dari pendapatan perusahaan. Meskipun Amazon memperkirakan total penjualan Q2 2025 di atas estimasi Wall Street, prospeknya untuk profitabilitas inti tidak sesuai harapan.

Amazon tidak mengumbar secara detil apakah perusahaan akan mengeluarkan kebijakan yang memudahkan pengguna untuk menjaga harga tetap rendah, atau perusahaan akan membiarkan dampak tarif tinggi dan penghapusan de minimis membuat harga jual barang lebih tinggi.

"Dampak terburuk dari kondisi saat ini akan terasa pada Q3 dan Q4 2025. Saat ini, berbagai pihak masih memainkan solusi jangka pendek karena mereka tak tahu apalagi yang bisa dilakukan," kata Presiden dan Kepala Analis di TECHnalysis Research, Bob O'Donell.


(fab/fab)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Nasib Investasi Kripto RI di Tengah Perang Dagang-Pajak Tinggi

Next Article Krisis Baru Melanda AS, Petaka Tarif Trump Menggila

Read Entire Article
8000hoki online hokikilat online
1000hoki online 5000hoki online
7000hoki online 9000hoki online
Ekonomi Kota | Kalimantan | | |