Jakarta, CNBC Indonesia - Permintaan global terhadap batu bara diperkirakan telah mendekati puncaknya. Namun di tengah tren tersebut, Indonesia justru mencatatkan rekor tertinggi dalam produksi batu bara pada tahun 2024.
Hal ini terungkap dalam laporan terbaru Energy Shift Institute (ESI) "Coal in Indonesia Paradox of Strength and Uncertainty". Hazel Ilango, Principal dan Pemimpin Kajian Transisi Batu Bara Indonesia di ESI, menjelaskan bahwa studi ini dilakukan guna memberikan gambaran terhadap lanskap industri batu bara RI.
"Permintaan batu bara global telah mendekati puncaknya, bahkan sebagian mengatakan mulai menurun. Namun, Indonesia justru menentang tren global tersebut dengan mencatat rekor tertinggi dalam produksi batu bara global pada tahun 2024," kata dia dalam sesi diskusi peluncuran laporan The Energy Shift Institute "Coal in Indonesia: Paradox of Strength and Uncertainty", Selasa (17/6/2025).
Menurut dia, sebagai eksportir batu bara termal terbesar di dunia, RI telah lama menggantungkan perekonomiannya pada komoditas tersebut. Bahkan, sektor ini tercatat masih berkontribusi sekitar 3,6% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional, menjadikannya salah satu mesin utama pertumbuhan ekonomi.
Namun Hazel menambahkan bahwa kontribusi batu bara tidak hanya terbatas pada hal itu. Menurutnya, satu aspek penting yang jarang disorot adalah besarnya peran batu bara dalam menciptakan profitabilitas perusahaan-perusahaan di Indonesia.
"Analisis kami terhadap 745 perusahaan publik di Indonesia yang mencakup 12 sektor menunjukkan bahwa sektor pertambangan dan jasa batu bara menghasilkan laba bersih sebesar US$ 31,4 miliar antara tahun 2019 hingga 2023. Ini menempatkan sektor ini sebagai yang paling menguntungkan kedua setelah sektor perbankan selama periode lima tahun tersebut," katanya.
Hazel menilai, dengan peran yang terlalu besar untuk diabaikan, maka pihaknya melakukan analisis secara mendalam terhadap 12 perusahaan batu bara di Indonesia. Adapun perusahaan-perusahaan tersebut merupakan produsen batu bara terbesar di Indonesia.
"Kami di ESI merasa penting untuk memahami apa yang dipertaruhkan. Untuk itu, kami menganalisis 12 perusahaan batu bara besar yang secara kolektif menyumbang sekitar separuh produksi batu bara nasional pada 2023. Ini memberi kami gambaran umum tentang tren industri secara luas," kata dia.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Tak Perlu Keluar dari Batu Bara Cs, Ini Alasannya