Panas Perang Dagang, China Kasih Tunjuk Harta Karun Umat Manusia ke AS

8 hours ago 7

Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah ketegangan perang dagang yang masih panas, China dan Amerika Serikat (AS) justru menunjukkan sikap lebih bersahabat di bidang ilmu pengetahuan luar angkasa.

Melansir BBC, China baru saja mengumumkan setidaknya ilmuwan dari enam negara, termasuk AS, akan diizinkan mempelajari batuan Bulan yang dibawa pulang oleh misi Chang'e-5 pada tahun 2020 lalu. Dua lembaga AS yang didukung NASA telah dipilih untuk mengakses sampel tersebut, seperti yang dikonfirmasi oleh Badan Antariksa Nasional China (CNSA) pada Kamis lalu.

Kepala CNSA Shan Zhongde mengatakan, sampel tersebut merupakan harta karun bersama bagi seluruh umat manusia.

Namun ironisnya, di saat bersamaan, hingga saat ini peneliti China sendiri masih tidak bisa mengakses sampel Bulan milik NASA. Ini karena aturan ketat dari Kongres AS, yang melarang NASA bekerja sama dengan China tanpa izin khusus berdasarkan undang-undang tahun 2011.

Namun begitu, John Logsdon, mantan direktur Space Policy Institute di George Washington University, mengingatkan kerja sama ini murni bersifat ilmiah. Kepada BBC Newshour ia menjelaskan, pertukaran sampel Bulan ini "tidak ada kaitannya dengan politik" dan "kerja sama internasional di bidang sains merupakan norma". Ia juga menambahkan, memeriksa batuan Bulan ini "tidak memiliki signifikansi militer".

Sementara itu, perang dagang kedua negara tetap membara. AS menaikkan tarif impor barang-barang China hingga 245%, dan Beijing membalas dengan tarif sebesar 125%. Meski sempat ada isyarat de-eskalasi dari Presiden Donald Trump, China membantah adanya pembicaraan damai.

Kembali ke topik luar angkasa, pada 2023 CNSA mengundang berbagai lembaga untuk mengajukan permohonan guna mempelajari sampel Chang'e-5. Salah satu keistimewaan batuan ini, menurut Dr. Logsdon, adalah usianya yang "sekitar satu miliar tahun lebih muda" dibandingkan sampel yang diambil dalam misi Apollo. Ini berarti aktivitas vulkanik di Bulan mungkin bertahan lebih lama dari yang diperkirakan sebelumnya.

Meski upaya pertukaran sampel antara pejabat antariksa AS dan China sempat dirundingkan tahun lalu, kesepakatan itu tidak membuahkan hasil. Namun kini, selain dua universitas dari AS, Universitas Brown dan Universitas Stony Brook, lembaga dari Prancis, Jerman, Jepang, Pakistan, dan Inggris juga memenangkan akses.

Shan Zhongde dari CNSA menegaskan, China akan terus mempertahankan sikap yang semakin aktif dan terbuka dalam kerja sama luar angkasa internasional, termasuk lewat koridor informasi ruang angkasa dalam proyek Inisiatif Sabuk dan Jalan.

"Saya yakin lingkaran pertemanan China di luar angkasa akan terus berkembang," ujarnya penuh optimisme, dikutip Sabtu (26/4/2025).


(dce)

Saksikan video di bawah ini:

Video:Cetak Sejarah! Katy Perry & All Female Crew Jelajah Luar Angkasa

Next Article China Ngamuk Diacak-acak Amerika, Dunia Bisa Kacau

Read Entire Article
8000hoki online hokikilat online
1000hoki online 5000hoki online
7000hoki online 9000hoki online
Ekonomi Kota | Kalimantan | | |