Jakarta, CNBC Indonesia - Proses merger atau "kawin paksa" antara PT Bank Nationalnobu Tbk. (NOBU) dan PT Bank MNC International Tbk. (BABP) masih belum jelas, setelah lebih dari dua tahun sejak diumumkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae mengatakan bahwa kelanjutan dari proses itu bergantung pada dua bank milik dua grup konglomerat kakap itu. Ia kemudian mengatakan keputusan dan perkembangan terkini dari proses merger itu bukan merupakan kewenangan OJK.
"Sampai saat ini, OJK belum menerima surat pengajuan penggabungan dari kedua bank dimaksud," kata Dian dalam keterangan tertulis, Selasa (28/4/2025).
Meskipun begitu, Dian mengatakan otoritas senantiasa mendorong suatu aksi korporasi yang akan turut mendukung upaya konsolidasi industri perbankan, yang dapat melahirkan perbankan yang lebih sehat, efisien, dan lebih berdaya saing serta berkontribusi terhadap perekonomian nasional.
Sementara itu, Dian mengungkapkan bahwa rencana akuisisi Hanwha Life terhadap mayoritas saham Bank Nobu masih belum rampung. Ia menyatakan OJK akan senantiasa melakukan pengawasan sesuai dengan kewenangan dalam rangka menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan.
Mengingatkan saja, OJK, bank milik Grup Lippo, dan bank milik Grup MNC itu sudah saling "lempar-melempar" terkait kelanjutan proses merger ini.
Mulanya, OJK pada mengumumkan pada awal tahun 2023, bahwa kedua bank itu harus berkonsolidasi karena belum memenuhi ketentuan modal inti Rp3 triliun.
Pada April 2023, Bank MNC mengumumkan modal inti telah mencapai Rp 3,3 triliun. Perusahaan menerima tambahan modal berupa tanah dan bangunan (inbreng) sebesar Rp 801 miliar. Sementara itu, Bank Nobu telah merilis laporan publikasi keuangan kuartal I-2023. Modal inti bank milik grup Lippo ini tercatat Rp 3 triliun.
Meskipun begitu, Dian pada saat itu menyatakan bahwa rencana merger kedua bank tersebut bukan lagi terkait pemenuhan modal inti. Melainkan untuk memperkuat usaha bank.
Setahun kemudian, kedua bank itu sempat melakukan aksi "tukar guling" kepemilikan saham. Berdasarkan data KSEI per 8 Mei 2024, sebanyak entitas usaha Grup MNC, PT MNC Land Tbk. (KPIG) tercatat melepas sebanyak 4,44 miliar saham BABP atau sebesar 6,82%. Saham yang dilepas itu berpindah ke entitas usaha Grup Lippo, PT Prima Cakrawala Sentosa, menjadi kepemilikan saham BABP perdananya. Sementara itu, Prima Cakrawala Sentosa melepas 747,84 juta NOBU atau sebesar 10%. Saham yang dilepas itu berpindah ke KPIG.
Dian telah menyampaikan bahwa konsekuensi dari aksi itu, akan ada pertukaran anggota direksi antar kedua bank.
Namun demikian, kedua direksi kedua bank itu sama-sama menyerahkan proses merger tersebut ke OJK.
"Kami ikuti aja arahannya Pak Dian," ujar Direktur Utama Bank Nobu Suhaimin Djohan kepada CNBC Indonesia di Four Seasons Hotel, Selasa (20/8/2024).
Namun begitu, Suhaimin mengakui bahwa proses transaksi silang saham antara Bank Nobu dan MNC Bank sejalan dengan proses konsolidasi kedua bank milik dua konglomerat kakap RI itu.
"Itu kan sudah dilakukan. [Itu] sejalan," pungkasnya.
Presiden Direktur MNC Bank Rita Montagna juga sama, ia mengatakan bahwa pihaknya mengikuti bagaimana arahan dari OJK.
"Kita ikutlah dari OJK seperti apa kita ikut,"kata Rita saat ditemui di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (19/7/2024) lalu.
Bos Grup Lippo, James Riady juga enggan memberikan komentar mengenai bank miliknya. Ia hanya meyakini Nobu Bank bakal berkinerja baik ke depannya.
"Bagus. Pasti bagus," kata James secara singkat saat ditemui di Ritz Carlton Mega Kuningan, Rabu (12/2/2025) lalu.
Namun, ia enggan memberikan keterangan lebih detil mengenai proses konsolidasi yang tengah berlangsung antara bank miliknya dengan milik Hary Tanoesoedibjo itu.
"Mengenai listed company saya nggak bisa komentar," kata James.
(fsd/fsd)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Bos OJK: Investor Ritel Domestik Jadi Kekuatan Pasar Modal RI
Next Article OJK Apresiasi CNBC Indonesia Sebagai Media Terproduktif