Jakarta, CNBC Indonesia - Ketegangan di negara tetangga Indonesia semakin memanas setelah para pejabat tinggi negara tersebut mengunjungi berbagai bagian perbatasan darat yang disengketakan pada Kamis (26/6/2025) lalu. Adapun negara tersebut yakni Thailand dan Kamboja.
Perdana Menteri (PM) Thailand Paetongtarn Shinawatra tiba di kota perbatasan Thailand, Aranyaprathet di provinsi Sa Kaeo, di seberang Poipet, Kamboja.
Ia mengatakan tujuan kunjungannya adalah untuk menyurvei penumpasan kejahatan transnasional yang sedang berlangsung dan mengukur dampak konflik sepanjang perbatasan, yang menyebabkan Thailand menghentikan semua kendaraan, turis, dan pedagang dari semua penyeberangan perbatasan darat ke Kamboja.
"Kami ingin melihat dampak dari kebijakan ini dan apa yang bisa dilakukan pemerintah untuk membantu, ini adalah tujuan utama kami untuk kunjungan hari ini," kata Paetongtarn dalam pertemuan dengan para pejabat, dilansirReuters.
PM Thailand awal pekan ini mengaitkan proliferasi pusat penipuan daring ilegal dengan Kamboja. Namun pihak berwenang Kamboja membantah keterlibatannya.
Di bagian lain perbatasan, mantan perdana menteri Kamboja Hun Sen pada Kamis pagi mengunjungi pasukan dan pejabat di provinsi Oddar Meanchey, di seberang provinsi Surin, Thailand. Rekaman media lokal menunjukkan Hun Sen, dengan pakaian militer, tiba dengan helikopter dan bertemu dengan para pejabat di daerah tersebut.
Memburuknya hubungan Bangkok dan Phnom Penh dipicu oleh bentrokan bersenjata singkat di daerah perbatasan akhir bulan lalu yang menyebabkan satu tentara Kamboja tewas.
Setelah itu, kedua negara melakukan serangkaian tindakan balasan, termasuk mobilisasi pasukan, penangguhan semua impor bahan bakar dan gas Kamboja dari negara tetangganya, serta penutupan sebagian pos pemeriksaan oleh Thailand di sepanjang perbatasan darat sepanjang 817 km.
Konflik tersebut telah memperkeruh krisis yang dihadapi Shinawatra di Thailand. Pasalnya, di tengah memanasnya hubungan, Shinawtra memanggil Hun Sen dengan panggilan 'paman', karena kedekatan ayah Shinawatra dengan politisi legendaris Kamboja itu.
Shinawatra juga bahkan mencemooh seorang komandan militer Thailand, sebuah garis merah di negara di mana militer memiliki pengaruh signifikan, sehingga menambah tekanan politik pada pemerintah Thailand.
PM sejak itu telah meminta maaf atas panggilan yang bocor tersebut, tetapi insiden itu digunakan sebagai pembenaran oleh partai Bhumjaithai untuk meninggalkan koalisi pemerintahan minggu lalu.
Bhumjaithai mengatakan awal pekan ini bahwa mereka akan mengupayakan mosi tidak percaya parlemen terhadap Perdana Menteri Shinawatra dan kabinetnya atas panggilan yang bocor tersebut. Ia juga menghadapi pengawasan yudisial setelah sekelompok senator memberikan Pengadilan Konstitusi dan badan anti-korupsi nasional wewenang luas untuk menyelidiki perilakunya.
Keputusan dari salah satu badan tersebut dapat menyebabkan pencopotannya. Kelompok anti-pemerintah juga merencanakan protes jalanan mulai Sabtu, menuntut pengunduran dirinya.
Peta Kekuatan Militer Thailand vs Kamboja
Tentunya, masyarakat di berbagai dunia tidak mau konflik yang awal mulainya muncul dari suatu sengketa tidak meluas hingga berujung perang. Tetapi, terkadang konflik tersebut makin memburuk karena tidak siapnya sistem pemerintah. Alhasil, yang tidak diharapkan oleh masyarakat pun terjadi yakni pecahnya perang.
Dari segi ukuran negara, tentunya Thailand menjadi yang paling unggul. Namun jika berbicara terkait militer, Kamboja tidak bisa dianggap remeh. Kekuatan militer Kamboja mencerminkan perpaduan antara warisan sejarah, modernisasi bertahap, dan dinamika geopolitik regional.
Meskipun tidak termasuk dalam jajaran kekuatan militer utama dunia, Kamboja telah melakukan berbagai upaya untuk memperkuat dan menyesuaikan angkatan bersenjatanya dengan tantangan kontemporer.
Lalu bagaimana kekuatan militer Thailand dengan Kamboja?
Berdasarkan data dari Global Firepower (GFP), militer Thailand memang unggul jauh dari Kamboja, di mana posisi Thailand berada di urutan ke-25, dengan skor Power Index mencapai 0,4536. Sedangkan, Kamboja berada di urutan 95 dengan skor mencapai 2,0752.
Laporan GFP merilis rangking kekuatan militer dunia dari 145 negara dengan menggunakan Power Index dari menghitung 60 faktor individu. Laporan ini menggabungkan beberapa faktor tersebut, mulai dari jumlah tentara aktif, kekuatan masing-masing angkatan, sumber daya manusia, geografi, hingga dukungan anggaran.
Semakin rendah angka Power Index, semakin kuat posisi militer suatu negara (misalnya, angka 0.0000 menunjukkan militer yang paling kuat).
Secara umum, kalkulasi Power Index dilakukan dengan memberi bobot pada setiap faktor dan kemudian menjumlahkan kontribusinya.
Merujuk data Global Firepower, jumlah personel tentara Thailand sekitar 360.850, sementara Kamboja hanya 221.000.
Kekuatan angkatan laut Thailand juga lebih kuat ketimbang Kamboja. Namun, untuk kekuatan angkatan darat, baik Thailan maupun Kamboja, keduanya memiliki keunggulan masing-masing, sehingga tidak ada yang lebih baik. Thailand memiliki keunggulan di kendaraan bersenjata dan artileri, sedangkan Kamboja unggul di jumlah tank dan kendaraan penampung roket.
Dari anggaran militernya, Thailand menembus US$ 5,9 miliar, sementara Kamboja menembus US$ 860 juta. Bila dirupiahkan (kurs US$ 1=Rp 16.55) maka anggaran militer Thailand mencapai Rp 95,6 triliun sementara Kamboja menembus Rp 13,9 triliun.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)