Jakarta, CNBC Indonesia - Krisis baru menghantam Iran, khususnya ibu kota Tehran. Wilayah tersebut mengalami kekeringan karena menurunnya curah hujan ke rekor terendah. Waduk air dikatakan hampir kosong.
Warga diminta untuk menghemat penggunaan air, seiring krisis yang kian parah. Bahkan Presiden Masoud Pezeshkian mengeluarkan peringatan soal dampak yang berpotensi terjadi.
Ia mengatakan penghematan air saja tak cukup untuk mencegah bencana. Jika hujan tak juga turun, ada kemungkinan warga harus dievakuasi.
"Jika distribusi air tidak efektif, kita mungkin harus mengevakuasi Tehran," dikutip dari BBC International, Senin (10/11/2025).
Komentar Pezeshkian mendulang kritik di media sosial dan organisasi media Iran. Mantan Wali Kota Tehran Gholamhossein Karbaschi mengatakan ide Presiden sebagai guyonan dan tidak masuk akal.
Lembaga meteorologi Iran mengatakan hujan kemungkinan tak akan turun hingga 10 hari ke depan. Sementara itu, krisis air sudah berdampak ke kehidupan sehari-hari masyarakat Tehran.
"Saya berencana memberi tangki air untuk penggunaan di toilet dan kebutuhan lain," kata seorang warga kepada BBC Persian.
Pada pertengahan tahun ini, rapper Iran Vafa Ahmadpoor mengunggah video di media sosial yang menunjukkan keran dapur kering tanpa air mengalir.
"Ini sudah terjadi 4-5 jam," kata dia kala itu. "Saya terpaksa membeli air botol kemasa hanya untuk pergi ke toilet," ia menuturkan.
Pengelola Bendungan Latian, salah satu sumber air utama Teheran, mengatakan bendungan itu kini hanya mampu menampung kurang dari 10% kapasitasnya. Bendungan Karaj di dekatnya, yang memasok air ke Provinsi Teheran dan Alborz, berada dalam kondisi yang sama buruknya.
"Saya tak pernah melihat bendungan ini sekosong ini sejak lahir," kata seorang warga lokal kepada TV nasional Iran.
Menurut pengelola Bendungan Karaj, Mohammad-Ali Moalle, curah hujan menurun drastis dibandingkan tahun lalu.
"Penurunan hujan mencapai 92% dibandingkan tahun lalu. Kita hanya memiliki 8% air di waduk, dan sebagian besarnya tidak dapat digunakan dan dianggap sebagai 'air mati'," ia menjelaskan.
Pemerintah berharap hujan akan turun di akhir musim gugur. Namun, ramalan cuaca berkata beda. Menteri Energi Iran, Abbas Ali Abadi, memperingatkan situasi ini sebentar lagi akan memaksa otoritas untuk memangkas suplai air.
"Beberapa malam kami mungkin akan menurunkan aliran air hingga kosong," kata dia. Pemerintah juga mengumumkan rencana untuk menghukum rumah tangga dan bisnis yang mengonsumsi air dalam jumlah besar.
Perang Israel Jadi Penyebab
Lebih lanjut, Abbas Ali Abadi mengatakan krisis air di Tehran bukan cuma karena minimnya curah hujan. Menurutnya, kebocoran air yang disebabkan infrastuktur air yang sudah tua menjadi faktor pendukung. Selain itu, perang 12-hari dengan Israel juga disebut berpengaruh pada krisis air.
Selama konflik berlangsung, Israel menargetkan wilayah utara Tehran. Video-video yang beredar kala itu menunjukkan banjir berat di area tersebut.
Kepala Pusat Nasional Manajemen Krisis Iklim dan Kekeringan Iran, Ahmad Vazifeh, telah memperingatkan bahwa selain Teheran, bendungan di banyak provinsi lain, termasuk Azerbaijan Barat, Azerbaijan Timur, dan Markazi, juga berada dalam "kondisi mengkhawatirkan", dengan tingkat air dalam persentase satu digit.
Di kota terbesar kedua Iran, Mashhad, pemerintah setempat juga menggaungkan peringatan serupa.
Gubernur Provinsi Khorasan Razavi di timur laut Iran mengatakan cadangan air di bendungan Mashhad telah turun menjadi kurang dari 8%, dan memperingatkan bahwa provinsi tersebut menghadapi tantangan besar kekeringan.
CEO perusahaan air di Mashhad, Hossein Esmaeilian, bahkan mengumbar angka persediaan air yang lebih kecil. Menurutnya, waduk air utama di kota tersebut level penyimpanannya di bawah 3%.
"Hanya 3% dari total kapasitas 4 bendungan penyedia air Mashhad, yakni Torogh, Kardeh, Doosti, dan Ardak, yang tersisa. Selain Bendungan Doosti, tiga bendungan lainnya sudah tidak beroperasi," ia menuturkan.
Krisis air di Iran sudah terjadi selama beberapa dekade. Bahkan, Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, telah berulang kali mengakui ancaman tersebut.
Ia berbicara tentang kekurangan air dalam pidato Nowruz pada tahun 2011 dan pada kesempatan lain di tahun-tahun berikutnya. Namun, tetap saja tak ada perubahan dan upaya nyata yang dilakukan.
Saat ini, Tehran, Karaj, dan Mashhad yang merupakan 'rumah' bagi 16 juta orang, menghadapi ancaman kekeringan yang serius.
(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sumbu Putaran Bumi Goyang, Masa Depan Manusia Penuh Malapetaka

2 hours ago
1
















































