Kondisi Ekonomi Terkini Saat Perang Dagang 2.0, Lebih Buruk dari Covid

2 hours ago 4

Jakarta, CNBC Indonesia - Semakin meruncingnya perang dagang melalui pengenaan tarif tinggi antara Amerika Serikat dan China membuat prospek perekonomian dunia memburuk. Bahkan, kinerja lebih buruk dari era sebelum Covid-19.

Hal ini diungkapkan oleh Wakil Menteri Keuangan Thomas Djiwandono saat menjadi pembicara kunci dalam acara The HSBC Summit 2025, Selasa (22/4/2025).

Thomas mendasari pernyataannya ini dengan prospek pertumbuhan ekonomi global yang dibuat oleh lembaga internasional, seperti World Bank, IMF, hingga OECD. IMF, kata dia, memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia hanya akan 2,7% pada 2025, sedangkan IMF 3,3%.

Sementara itu, dari OECD meramal pertumbuhan ekonomi pada 2025 hanya sebesar 3,1% dan berlanjut melemah pada 2026 menjadi 3%. Lebih buruk dari kondisi pasca Covid-19 pada 2023 yang sebesar 3,3%.

"Bank Dunia memperkirakan tingkat pertumbuhan global 2025 sebesar 2,7%, sementara IMF memperkirakan 3,3%. Proyeksi kedua organisasi tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan akan tetap di bawah tingkat sebelum pandemi," tegas Thomas.

Menurutnya, perang tarif yang membuat buruknya sentimen pelaku pasar keuangan dan ekonomi turut memberi dampak besar terhadap negara-negara berkembang, seperti Indonesia. Prospek pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang ia bilang hanya akan di kisaran 4% tahun ini.

"Ekonomi negara berkembang diperkirakan tumbuh sekitar 4% dan merupakan prospek jangka panjang paling lambat sejak tahun 2000. Semakin terlihat jelas bahwa perang tarif terutama terjadi antara Amerika Serikat dan Tiongkok," ungkapnya.

Thomas mengatakan, terkait sentimen yang makin memburuk, tercermin dari kondisi pasar saham global yang terus memberikan reaksi negatif terhadap perang dagang jilid II antara AS dan China.

"Indeks utama seperti S&P 500, Nikkei 225 dan Hang Seng semuanya turun dua digit. Dengan meningkatnya risiko dan ketidakpastian yang disebabkan oleh perang tarif dan ketegangan geopolitik, sulit untuk memperkirakan prospek ekonomi global," ujar Thomas.

Politikus Partai Gerindra itu juga mengatakan, nilai tukar mata uang mayoritas berbagai negara juga ambruk akibat sentimen negatif itu. Terburuk ialah mata uang Brazil dengan depresiasi mencapai minus 4,5% per 8 April 2025 terhadap 2 April 2025. Diikuti Meksiko minus 2,2%, Thailand minus 1%, dan Indonesia minus 0,8%. Mata Uang Euro dan Jepang saja yang apresiasi 1,1%.

"Pengumuman pemerintah AS tentang reciprocal tariffs pada tanggal 2 April 2025 telah meningkatkan ketidakpastian pasar global," ucap Thomas.


(arj/haa)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Morgan Stanley: Kebijakan Trump Beri Efek Buruk Seperti Covid

Next Article Ekonomi Global Suram di Awal 2025, KSSK Pasang Posisi Waspada

Read Entire Article
8000hoki online hokikilat online
1000hoki online 5000hoki online
7000hoki online 9000hoki online
Ekonomi Kota | Kalimantan | | |