5 hours ago
3
Jakarta, CNBC Indonesia - Kapal perang Iran, Rusia, dan China, berkumpul di perairan Teluk Oman, Rabu. Kapal ketiga negara berkumpul saat Teheran memiliki ketegangan dengan Amerika Serikat (AS) dan sejumlah negara Barat.
Mengutip Al Jazeera, keberadaan kapal-kapal ini adalah untuk memulai latihan Angkatan Laut gabungan. Latihan yang dinamai Sabuk Keamanan Laut 2025 dimulai di dekat pelabuhan Chabahar Iran, dan menandai tahun kelima ketiga negara tersebut melakukan latihan militer bersama.
"Latihan Angkatan Laut tersebut akan melibatkan "erangan terhadap target maritim, pengendalian kerusakan, dan operasi pencarian dan penyelamatan gabungan," menurut media resmi Pemerintah China, CGTN, Kamis (13/3/2025).
"Selama dua hari, awak kapal melakukan tembakan siang dan malam dari senapan mesin kaliber besar dan senjata ringan ke target yang menirukan kapal tak berawak dan kendaraan udara tak berawak musuh tiruan," kantor berita Rusia Interfax melaporkan, mengutip pernyataan dari Kementerian Pertahanan Rusia.
Press TV Iran mengatakan kelompok angkatan laut dari Azerbaijan, Afrika Selatan, Oman, Kazakhstan, Pakistan, Qatar, Irak, Uni Emirat Arab, dan Sri Lanka juga bergabung sebagai pemantau.
Meskipun China dan Rusia biasanya tidak berpatroli di perairan Timur Tengah, perairan di kawasan tersebut telah semakin dimiliterisasi dalam beberapa tahun terakhir. Pada akhir tahun 2023, Houthi Yaman mulai menyerang kapal-kapal yang terkait dengan Israel di Laut Merah, yang mereka katakan sebagai tindakan solidaritas dengan warga Palestina di Gaza.
Houthi menghentikan serangan mereka setelah gencatan senjata antara Hamas dan Israel dimulai pada bulan Januari. Namun kelompok Syiah itu mengancam akan melanjutkan operasi militer jika Israel tidak mencabut pengepungan barunya di Gaza.
Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya juga telah meningkatkan kehadiran mereka di Laut Merah, dengan pasukan 10 negara yang diumumkan pada bulan Desember 2023 untuk melawan serangan Houthi. Angkatan Laut AS juga memiliki armada yang berbasis di Bahrain.
Program Nuklir Iran
Latihan Angkatan Laut tahun ini dilakukan setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa ia telah mengirim surat kepada pimpinan Iran untuk menghidupkan kembali perundingan mengenai kesepakatan nuklir, beberapa tahun setelah Trump menarik AS dari kesepakatan sebelumnya selama masa jabatan pertamanya.
"Ada dua cara untuk menangani Iran: secara militer, atau membuat kesepakatan," kata Trump kepada Fox Business minggu lalu.
Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menuduh Washington berusaha memberlakukan pembatasan yang lebih besar terhadap Iran daripada dalam negosiasi. Menurutnya, Trump sedang bersiasat untuk memperkuat pengaruhnya terhadap Negeri Persia.
"Beberapa pemerintah yang suka menggertak bersikeras untuk bernegosiasi. Tetapi negosiasi mereka tidak ditujukan untuk menyelesaikan masalah, tetapi untuk mendominasi dan memaksakan harapan mereka sendiri," ucapnya.
"Bagi mereka, negosiasi adalah sarana untuk mengajukan tuntutan baru. Masalahnya bukan hanya tentang masalah nuklir, mereka memunculkan harapan baru yang tentu saja tidak akan diterima Iran," tandasnya
Trump secara sepihak menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran 2015 pada tahun 2018 dan memberlakukan kembali sanksi terhadap Teheran.
Meskipun mematuhi perjanjian nuklir selama lebih dari setahun setelah penarikan AS, Iran secara bertahap mengurangi komitmennya dan terus memurnikan nuklir, dengan alasan kegagalan penandatangan kesepakatan yang tersisa untuk melindungi kepentingannya.
Tidak seperti Israel, yang diperkirakan memiliki sekitar 90 hulu ledak nuklir, Iran diperkirakan tidak mengembangkan senjata nuklirnya sendiri. Sejauh ini, Teheran mengklaim mengembangkan nuklir untuk tujuan kemanusiaan.
(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Good Bye Perang Rusia-Ukraina Hingga THR Diumumkan Hari Ini
Next Article Putin Bakal Kirim Kapal Perang Rusia ke RI, Ada Apa?
