Jakarta, CNBC Indonesia - Israel mengonfirmasi telah melancarkan serangan militer besar-besaran ke sejumlah target strategis di Iran, termasuk fasilitas nuklir dan pusat produksi rudal pada Jumat (13/6/2025). Menurut pernyataan resmi pemerintah Israel, operasi yang diberi nama "Rising Lion" itu dimaksudkan untuk mencegah Iran mengembangkan senjata nuklir.
Serangan tersebut jelas membuat Iran mengeluarkan balasan dan meluncurkan rudal hingga mengenai beberapa titik di wilayah Israel. Alhasil, terjadilah perang antara kedua negara yang membuat ketegangan semakin meningkat.
Iran dan Israel memang sudah bermusuhan selama beberapa dekade sebagai reaksi atas usaha memperkuat dan mengembangkan kekuatan di Timur Tengah.
Meski begitu, kondisi yang saling hajar saat ini berkebalikan dengan peristiwa sebelumnya. Sebelum tahun 1979 atau saat Republik Islam Iran belum berdiri, Iran-Israel merupakan sekutu mesra.
Ketika Israel diproklamirkan pada 1948, banyak negara Arab yang mayoritas Muslim menentang pendiriannya. Salah satu cara untuk meredam tentangan tersebut adalah lewat kerja sama. Pada titik ini, Iran jadi salah satu negara yang menerima dengan tangan terbuka kerja sama Israel.
Di bawah kuasa, Mohammad Reza Pahlavi Iran akhirnya menyetujui proposal kerja sama diplomatik dengan Israel. Reza yang pro-Barat sedari awal telah melihat cerahnya masa depan Iran jika hubungan dengan Israel terjalin. Pasalnya, dia takut terhadap agresi Uni Soviet di Timur Tengah. Tidak menutup kemungkinan, sewaktu-waktu Iran terpengaruh oleh rezim komunis bawaan Soviet.
Jadi, sebagai upaya mencari bekingan, Iran menjalin hubungan dengan Israel pada 1953. Seperti dugaan Reza, hubungan bersama Israel membuat Iran menjadi 'cerah', khususnya dari segi ekonomi.
Marta Furlan dalam studi berjudul "Israeli-Iranian Relations" (2022) menjelaskan, beberapa kali Iran mendapat proyek menguntungkan hasil kerja sama Israel dan AS. Proyek ini lantas membuat pendapatan negara meningkat pesat. Selain itu, kedua negara juga saling terlibat di sektor militer.
Pada 1960-an, misalnya, kedua negara menganggap Irak sebagai ancaman bersama. Bahkan, secara terbukti membantu gerakan Kurdi yang memberontak di Irak. Tak hanya itu, keduanya juga sempat mengerjakan persenjataan rudal bersama.
Semua itu dilakukan selama lebih kurang 20 tahun, atau saat berulangkali terjadi aksi penindasan Israel terhadap Palestina, negara yang sangat dibela oleh negara Muslim di seluruh dunia.
Namun, kemesraan itu sirna pada 1979. Revolusi Iran membuat Reza Pahlavi terguling dari kursi kekuasaan. Revolusi itu juga mengubah Iran menjadi Republik Islam Iran yang sangat garang terhadap Israel dan AS.
Dari sinilah, Iran tak senang terhadap keberadaan Israel. Alasannya terkait ideologi. Elit Iran menganggap Israel sebagai penjajah karena telah terbukti menindas bangsa Palestina.
Israel pun lantas menunjukkan ketidaksukaannya. Alhasil, terjadilah ketegangan yang terus memuncak sampai sekarang.
Foto: Rumah sakit Israel menyiapkan fasilitas bawah tanah mereka pada hari Jumat (13 Juni) setelah negara itu melancarkan serangan besar-besaran terhadap Iran. (Tangkapan Layar Video Reuters/)
Rumah sakit Israel menyiapkan fasilitas bawah tanah mereka pada hari Jumat (13 Juni) setelah negara itu melancarkan serangan besar-besaran terhadap Iran. (Tangkapan Layar Video Reuters/)
(mfa/mfa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ilmuwan Jepang Beri Fakta Baru soal Nuklir, Dunia di Ambang Perang?