Jakarta, CNBC Indonesia — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) jatuh pada perdagangan hari ini, Selasa (18/3/2025). Indeks terkoreksi lebih dari 5% dan dihentikan sementara atau trading halt oleh Bursa Efek Indonesia per pukul 11:19 WIB.
Usai trading halt, IHSG masih melanjutkan penurunan. Pada penghujung sesi I, IHSG turun 6,12% ke level 6.076,08. Sebagian besar saham turun dan hanya 73 saham yang naik.
Nilai transaksi siang ini terbilang ramai atau mencapai Rp10,21 triliun yang melibatkan 15,87 miliar saham dalam 887 ribu transaksi.
Ini adalah kali pertama IHSG terkena trading halt sejak Maret 2020 atau awal pandemi Covid-19. Kala itu perdagangan saham dihentikan seiring dengan situasi ekonomi yang juga mengalami kontraksi hebat.
Analis Doo Financial Futures Lukman Leong mengatakan koreksi dalam IHSG ini mencerminkan panic selling dari para investor. Kemudian, saham-saham berkapitalisasi besar seperti, termasuk saham dengan Price-to-Earnings (P/E) ratio yang sangat tinggi seperti Barito Renewables Energy (BREN) dan Data Center Infrastructure Indonesia (DCII), menjadi kontributor utama penurunan IHSG. Sementara itu, saham blue chip lainnya juga mengalami penurunan, tetapi masih dalam batas wajar.
Lukman melanjutkan, masih ada kekhawatiran dari penurunan peringkat pasar saham RI oleh Morgan Stanley dan Goldman Sachs beberapa waktu yang lalu. Penurunan peringkat ini mencerminkan kekhawatiran investor global terhadap prospek ekonomi dan valuasi pasar saham Indonesia.
Lukman mengatakan banyak saham dengan valuasi terlalu tinggi (P/E ratio tidak lazim) mengalami koreksi karena harga sahamnya sulit dipertahankan pada level tinggi tanpa dukungan fundamental yang kuat. Koreksi ini mempercepat sell-off dan memperburuk tekanan terhadap IHSG.
"Sell off ini dipicu oleh rasionalisasi nilai-nilai saham kapitalisasi besar dengan P/E yang tidak lazim ini susah dipertahankan dan penurunan bisa menyebabkan IHSG anjlok lebih jauh," terangnya.
Sementara itu, Head of Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, Liza Camelia Suryanata mengatakan pasar saat ini masih dalam situasi sangat spekulatif karena ada berbagai faktor yang membuat investor gelisah.
Antara lain, tingginya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) menjelang Lebaran. Tingginya PHK menjelang Hari Raya bisa berdampak pada daya beli masyarakat dan ekonomi domestik.
Kemudian, investor masih menunggu hasil rating kredit Indonesia dari lembaga pemeringkat global, yakni Fitch, S&P, dan Moody's. Sebelumnya, Morgan Stanley dan Goldman Sachs sudah menurunkan peringkat Indonesia. Jika rating ketiga lembaga itu juga ikut diturunkan, ini bisa berdampak negatif pada kepercayaan investor asing.
Selanjutnya, penantian keputusan suku bunga Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia dan Federal Open Market Committee, Federal Reserve AS, Walaupun DXY sudah melemah ke level terendah dalam 5 bulan, Rupiah masih tertahan di Rp16.300-16.400 per US$, yang bisa menjadi perhatian investor.
Liza melanjutkan, adanya rumor mundurnya 2 menteri kabinet. Namun demikian, ia tetap merekomendasikan para investor untuk menahan atau hold dan menunggu pasar stabil.
"Best advise: Hold, wait and see. Menunggu IHSG stabilizing sekitar 6.200," kata Liza.
Pergerakan IHSG berbeda dengan bursa Asia yang kompak bergerak di zona hijau. Nikkei tercatat naik 1,47%, Hangseng naik 1,84%, Shanghai naik 3,23%.
Analis-analis pun mengungkapkan penyebabnya. Ada berbagai sentiment yang membayangi tekanan terhadap IHSG.
(mkh/mkh)
Saksikan video di bawah ini:
Video: IHSG Ambruk 5% & BEI Berlakukan "Trading Halt"
Next Article Menguat! Potret Bursa Saham di Hari Pertama Prabowo-Gibran