Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,54% atau naik 38,26 poin ke level 7.155,85.
Meski naik, penguatan IHSG terpangkas jelang akhir perdagangan, dengan indeks acuan domestik tersebut diketahui sempat menyentuh level 7.181 pada perdagangan intraday.
Sebanyak 289 saham naik, 309 saham turun, dan 209 saham tidak bergerak. Nilai transaksi mencapai Rp 11,94 triliun yang melibatkan 18,83 miliar saham dalam 1,22 juta kali transaksi.
Mengutip Refinitiv, mayoritas sektor perdagangan bergerak di zona hijau dengan bahan baku memimpin penguatan dengan kenaikan 3,16%. Lalu diikuti oleh utilitas (1,17%) dan industri (0,74%).
Adapun sektor yang menekan perdagangan hari ini adalah sektor energi yang terkoreksi 0,69%.
Saham tambang emas-tembaga Grup Salim, Amman Mineral Internasional (AMMN) menjadi penggerak utama IHSG siang ini dengan kontribusi 17,37 indeks poin. Selanjutnya saham BBCA dan TPIA juga menjadi penggerak IHSG dengan kontribusi masing-masing 10,22 dan 7,32 indeks poin.
Lalu ada juga emiten pelat merah juga menjadi penopang IHSG, seperti ANTM dengan sumbangsih 3,89 indeks poin dan ANTM 2,28 indeks poin.
Pasar keuangan Tanah Air berjalan tak seirama pada perdagangan kemarin, Senin (16/6/2025). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) harus ditutup di zona pelemahan, sementara rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup di zona penguatan.
Akan tetapi IHSG diperkirakan dapat berbalik arah pada perdagangan hari ini usai menguatnya Wall Street dan Bursa Asia lainnya pada perdagangan kemarin.
Di sepanjang pekan ini, pergerakan IHSG maupun rupiah diperkirakan akan sangat volatile. Lantaran Iran menolak perundingan gencatan sengaja dengan Israel, utang luar negeri Indonesia yang naik, hingga penantian para investor dari kebijakan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) hingga Bank Indonesia (BI).
Harapan gencatan senjata antara Israel dengan Iran dapat menguntungkan pasar ekuitas. Namun dari sisi lain, investor juga cenderung masih wait and see dalam penantian kebijakan suku bunga Bank Indonesia (BI) dan The Federal Reserve (The Fed).
Di sisi lain, investor juga menunggu keputusan kebijakan moneter The Federal Reserve (The Fed) AS pada hari Rabu, ketika para pembuat kebijakan secara luas diharapkan untuk mempertahankan suku bunga tidak berubah.
Pasar uang sebagian besar tidak memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga hingga September, memperkirakan peluang 61,1% untuk pemangkasan setidaknya 25 basis poin.
"Suku bunga masih lebih tinggi sehingga agak sulit untuk dipahami karena mungkin pasar masih mengantisipasi inflasi," ujar Jack Ablin, kepala investasi Cresset Capital di Chicago.
"Jika tidak ada yang lain, hanya ketidakpastian yang meningkat, dikombinasikan dengan tarif mungkin membuat The Fed tidak aktif," tambah Ablin.
Data ekonomi yang diharapkan minggu ini mencakup penjualan ritel bulanan, harga impor, dan klaim pengangguran mingguan.
(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Tergelincir, Turun 0,32% ke 7.175 Sebelum Libur Panjang