Jakarta, CNBC Indonesia- Amerika Serikat kembali melaporkan wabah flu burung H7N9 di peternakan ayam pedaging di Noxubee, Mississippi. Ini merupakan wabah pertama sejak 2017.
Laporan Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (WOAH) yang mengutip otoritas AS, wabah ini terjadi di tengah lonjakan kasus flu burung H5N1 yang telah menginfeksi manusia dan memicu lonjakan harga telur di Negeri Paman Sam.
Flu burung, atau avian influenza, telah menyebabkan gangguan signifikan pada rantai pasokan unggas di seluruh dunia.
Kekhawatiran meningkat karena penyebaran virus ke mamalia, termasuk sapi perah di AS, yang memicu peringatan tentang potensi pandemi baru. Sejak pertama kali terdeteksi pada 2013 di China, flu burung H7N9 telah menginfeksi 1.568 orang dengan tingkat kematian mencapai 39%, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Meskipun virus ini tidak mudah menular antar-manusia, keberadaannya tetap menjadi ancaman serius bagi kesehatan global.
Apa itu Flu Burung H7N9
H7N9 adalah salah satu subtipe virus influenza A.
Virus ini berasal dari unggas dan memiliki tingkat kematian tinggi, yaitu sekitar 39% dari 1.568 kasus infeksi manusia yang dilaporkan secara global. Meskipun H7N9 jarang menular antar manusia, kasus infeksi biasanya terjadi setelah kontak langsung dengan unggas yang terinfeksi atau lingkungan yang terkontaminasi.
Virus ini menjadi perhatian serius karena potensinya untuk bermutasi dan menyebabkan pandemi jika mulai menular secara efisien dari manusia ke manusia.
Infeksi H7N9 pada manusia umumnya menyebabkan gejala pernapasan yang parah, termasuk pneumonia dan sindrom gangguan pernapasan akut. Pengobatan yang tersedia, seperti oseltamivir dan zanamivir, dapat membantu mengurangi tingkat keparahan penyakit, tetapi resistensi terhadap obat ini telah dilaporkan.
Sejarah Flu Burung N7N9
Flu burung H7N9 pertama kali ditemukan di unggas dan manusia di China pada 2013. Sejak itu, virus ini menyebar dan menyebabkan ribuan infeksi.
Wabah besar terjadi antara 2013 hingga 2017, dengan peningkatan signifikan pada 2016-2017. WHO mencatat bahwa sebagian besar kasus terjadi akibat paparan langsung terhadap unggas yang terinfeksi atau lingkungan yang terkontaminasi, seperti pasar unggas hidup.
Selain H7N9, flu burung H5N1 juga menjadi ancaman besar. Virus ini pertama kali muncul di Hong Kong pada 1997 dan menyebar ke berbagai negara di Asia, Eropa, dan Afrika sejak 2003. Kasus infeksi manusia sering kali dikaitkan dengan kontak langsung dengan unggas yang sakit atau lingkungan yang terkontaminasi.
Flu Burung di Indonesia, Sejarah dan Langkah Penanganan
Indonesia bukanlah negara asing dalam menghadapi ancaman flu burung. Sejak 2003, flu burung H5N1 telah menjadi epidemi di Indonesia, menyebabkan ribuan kasus pada unggas dan ratusan infeksi pada manusia. Kasus pertama infeksi manusia dilaporkan pada 2005 dan sejak itu, Indonesia menjadi salah satu negara dengan jumlah kasus flu burung tertinggi di dunia.
Menurut Kemenkes, pemerintah Indonesia telah menerapkan berbagai langkah mitigasi untuk mengendalikan penyebaran flu burung, termasuk:
-
Program vaksinasi unggas: Pemerintah mewajibkan vaksinasi pada unggas komersial dan peternakan rakyat.
-
Pengawasan ketat di pasar unggas hidup: Beberapa pasar unggas di Indonesia memberlakukan pengawasan ketat terhadap lalu lintas unggas untuk mencegah penyebaran virus.
-
Edukasi masyarakat: Kampanye kesadaran masyarakat tentang bahaya flu burung dan cara mencegahnya terus digalakkan oleh Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pertanian.
Salah satu tantangan terbesar dalam menangani flu burung di Indonesia adalah kebiasaan masyarakat dalam mengonsumsi unggas dari pasar tradisional yang masih minim pengawasan. Selain itu, sistem peternakan skala kecil yang tersebar di berbagai daerah membuat pengendalian wabah menjadi lebih sulit.
Potensi Pandemi dan Kesiapan Global
Meskipun belum ada bukti bahwa H7N9 dapat menyebar secara luas antar-manusia, risiko pandemi tetap ada. WHO menekankan pentingnya surveilans global terhadap virus flu burung dan koordinasi antar-negara dalam mengatasi ancaman ini.
Pemerintah di berbagai negara, termasuk AS dan Indonesia, terus meningkatkan langkah-langkah pencegahan, seperti memperkuat sistem deteksi dini, memperketat biosekuriti di peternakan, dan memastikan kesiapan vaksin flu burung jika terjadi lonjakan kasus.
Dengan sejarah panjang wabah flu burung, langkah-langkah pencegahan harus terus diperkuat untuk melindungi sektor peternakan dan kesehatan masyarakat dari potensi krisis kesehatan yang lebih besar di masa depan.
CNBC Indonesia Research
(emb/emb)