Es Bawa Kengerian, Ilmuwan Teriak Tanda Bencana Besar

7 hours ago 4

Jakarta, CNBC Indonesia - Suhu Bumi kian menghangat. Hal ini berdampak pada keberadaan es laut yang dilaporkan makin berkurang.

Data dari layanan perubahan iklim Copernicus, Uni Eropa menyebutkan es laut mencapai titik terendahnya pada Februari 2025 dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Sebagai informasi, kehilangan es laut berdampak pada lingkungan. Mulai dari komunitas manusia dan satwa liar yang ada di sekitarnya.

Dampak lainnya juga mempercepat pemanasan global yang lebih jauh. Sebab laut akan mencerminkan sinar matahari yang lebih terang daripada es.

Tren suhu memang terus mengalami kenaikan dan lebih hangat. Para ilmuwan dari Copernicus telah mengumumkan Januari menjadi bulan paling hangat.

Pada bulan Februari juga tak kunjung membaik. Saat itu rata-rata suhu mencapai 1,59 derajat Celcius, dikutip dari Live Science, Selasa (11/3/2025).

Angka tersebut lebih hangat dari tingkat pra industri atau perkiraan suhu rata-rata tahun 1850-1900 serta di atas dari Perjanjian Paris sebesar 1,5 derajat Celcius.

Live Science melaporkan suhu Bumi konsisten di atas target tersebut. Februari 2025 menjadi bulan ke-19 yang lebih panas dari 1,5 derajat Celcius.

Peningkatan suhu lebih panas dari Perjanjian Paris sudah terjadi sejak tahun lalu. Pada 2024 juga tercatat sebagai tahun terpanas sejak tingkat pra-industri.

Kutub Utara juga kian menghangat. Dilaporkan suhunya menghangat empat kali lebih cepat dari yang terjadi di seluruh dunia.

Live Science melaporkan menghangatnya Kutub Utara disebabkan es laut yang mencair. Pada 2 Februari, pemanasan ekstrem dilaporkan membuat suhu di Arktik hingga 20 derajat celcius.


(dem/dem)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Berantas Penipuan BTS Palsu, Komdigi Belajar Dari Singapura

Next Article 211 Ilmuwan Teriak Tanda Kiamat Makin Jelas, Jadwalnya Maju Lagi

Read Entire Article
8000hoki online hokikilat online
1000hoki online 5000hoki online
7000hoki online 9000hoki online
Ekonomi Kota | Kalimantan | | |