Ekonomi Dunia Bergerak Saling Berlawaan, RI Pilih Mana?

7 hours ago 5

Jakarta, CNBC Indonesia - Perkembangan ekonomi dunia berjalan berlawanan arah. Sejumlah negara mengalami kontraksi tetapi sebagaian lain masih tumbuh pesat.

Perkembangan ekonomi pada kuartal I-2025 kali ini cukup mengejutkan karena Amerika Serikat (AS) terpantau mengalami kontraksi dalam perekonomiannya. AS bukan menjadi satu-satunya negara maju yang terkontraksi, tetapi ada juga Singapura.

Secara kuartalan (% qoq), ekonomi AS mengalami kontraksi sebesar 0,3% pada kuartal I-2025 seperti dilaporkan Biro Analisis Ekonomi Departemen Perdagangan AS pada Rabu (30/4). Ini merupakan penurunan pertama sejak kuartal I tahun 2022.

Padahal, ekonomi AS mengalami pertumbuhan 2,4% pada kuartal sebelumnya dan berada di bawah ekspektasi pasar sebesar 0,3%, menurut estimasi awal.

Lonjakan impor sebesar 41,3% turut memperlambat laju ekonomi, karena pelaku usaha dan konsumen bergegas menimbun barang sebagai antisipasi terhadap kenaikan biaya menyusul serangkaian pengumuman tarif oleh pemerintahan Trump. Pertumbuhan belanja konsumen juga melambat menjadi 1,8%, laju paling lambat sejak kuartal kedua 2023, sementara belanja pemerintah federal turun sebesar 5,1%, penurunan paling tajam sejak kuartal pertama 2022. Sebaliknya, investasi tetap melonjak 7,8%, tertinggi sejak kuartal kedua 2023.

AS bukan menjadi satu-satunya negara maju yang mengalami kontraksi di kuartal I-2025, melainkan Singapura juga mengalami kontraksi yang bahkan lebih rendah dibandingkan AS yakni sebesar 0,8% qoq.

Produk Domestik Bruto (PDB) Singapura mengalami kontraksi sebesar 0,80% (qoq) pada kuartal pertama tahun 2025 dibandingkan kuartal sebelumnya yang menandai penurunan kuartalan pertama dalam dua tahun terakhir.

Untuk diketahui, rata-rata laju pertumbuhan PDB Singapura tercatat sebesar 1,49% sejak 1975 hingga 2025, dengan pertumbuhan tertinggi sepanjang masa sebesar 9,00% pada kuartal ketiga 2020 dan rekor terendah sebesar -11,90% pada kuartal kedua 2020.

Analisis dari ING memproyeksikan bahwa dengan mempertimbangkan dampak tarif yang lebih tinggi terhadap ekspor, pertumbuhan sektor manufaktur yang lebih lemah dari perkiraan pada triwulan 1 yang kemungkinan akan terus berlanjut sepanjang tahun dan potensi dampak perlambatan manufaktur terhadap sektor jasa, perkiraan PDB Singapura untuk 2025 turun sebesar 100 basis poin menjadi 1,6% year on year/yoy.

Bagaimana dengan Indonesia?
Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2025.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2025 diperkirakan melandai bahkan di bawah 5% meskipun ada momen Ramadan dan Tunjangan Hari Raya (THR) yang diharapkan dapat mendongkrak perekonomian Tanah Air..

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 14 institusi memperkirakan pertumbuhan ekonomi mencapai 4,94% (year on year/yoy) dan terkontraksi 0,9% dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter to quarter/qtq) pada kuartal I-2025.


Jika polling sejalan dengan hasil pengumuman BPS maka pertumbuhan kuartal I tahun ini akan tergolong cukup rendah atau sama dengan pertumbuhan kuartal III-2023.

Hal ini cukup mengkhawatirkan karena secara historis, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I, secara umum berada di level yang cukup tinggi.

Apabila momen pandemi Covid-19 yakni tahun 2020 dan 2021 dikeluarkan dalam perhitungan, rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia setiap kuartal I sejak 2015 hingga 2024 yakni sebesar 5,01% yo

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)

Read Entire Article
8000hoki online hokikilat online
1000hoki online 5000hoki online
7000hoki online 9000hoki online
Ekonomi Kota | Kalimantan | | |