Jakarta, CNBC Indonesia - Dana Moneter Internasional atau IMF mengungkapkan biang kerok yang menyebabkan dolar Amerika Serikat terus melemah beberapa hari terakhir. Pelemahan dolar terjadi di tengah tingginya tensi perang dagang yang membuat prospek pertumbuhan ekonomi global melambat.
Kepala Ekonom IMF Pierre-Olivier Gourinchas mengatakan, pelemahan yang terjadi terhadap dolar dipicu oleh prospek pertumbuhan ekonomi AS yang terus melemah. Pada 2025, IMF memperkirakan, ekonomi AS hanya akan tumbuh 1,8% dari realisasi 2024 yang sebesar 2,8%. Lalu, pada 2026 hanya akan menjadi 1,7%.
"Ya. Jadi kita melihat pelemahan dolar yang cukup meluas selama beberapa minggu terakhir," kata Gourinchas saat press briefing World Economic Outlook edisi April, dikutip Rabu (32/4/2025).
"Sebagian disebabkan oleh prospek pertumbuhan yang lebih lemah di AS. Sebagian disebabkan oleh meningkatnya ketidakpastian. Dan itu mengarah pada penilaian ulang permintaan global untuk aset dolar," tegasnya.
Mengutip catatan tim riset CNBC Indonesia, sebagaimana dilansir Refinitiv, secara tahun berjalan atau year to date indeks dolar AS (DXY) telah mengalami depresiasi lebih dari 9% pada awal pekan ini.
Sementara itu, mata uang Asia mayoritas tampil sangat perkasa melawan dolar Amerika Serikat (AS) di tengah pelemahan greenback belakangan ini.
Yen Jepang yang paling terdepan menghadapi dolar, dengan penguatan atau apresiasi sebesar 10,6% secara year to date/ytd. Kemudian dolar Singapura menguat sebesar 4,1%. Selanjutnya won Korea Selatan tampak mengalami apresiasi 3,8%.
Namun berbeda halnya dengan rupiah Indonesia yang terlihat ambruk 4,72% secara ytd.
"Jadi dengan adanya ketidakpastian kebijakan yang lebih besar terkait pengenaan tarif dagang, prospek pertumbuhan AS yang lebih rendah, dan penyesuaian permintaan global terhadap aset dolar telah membebani dolar," ungkap Gourinchas.
(arj/haa)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Ada Perang Tarif, Ramai Investor Lepas Aset Denominasi Dolar AS
Next Article Video: Rupiah Terus Melemah, Pasar Waspadai Ini