Berkah Krisis 1998 - 2020: Jangan Ragu Borong Saham Saat Pasar Goyang

1 week ago 12

Jakarta, CNBC Indonesia - Pergerakan harga di pasar saham tak selamanya akan turun, akan ada masanya bangkit dan penurunan tajam itu pulih menuju puncak baru.

Jika ditarik mundur sejak menyentuh level tertinggi di 7.910,86 pada September 2024, IHSG sudah ambles sekitar 24% sampai perdagangan Rabu hari ini (9/4/2025) di level 6000.

Jadi, kalau dihitung dalam basis mingguan, penyusutan tajam ini sudah terjadi sekitar 29 minggu.

Kondisi ini hampir mirip seperti yang terjadi pada krisis 2015 akibat perlambatan ekonomi China dan devaluasi nilai tukar yuan. Pada 2015 lalu, IHSG ambles 22,7% hanya dalam waktu 26 bulan.

Namun, jika dicermati pemulihan dari krisis itu, IHSG membutuhkan waktu 123 minggu untuk bisa mencapai puncak baru.

Dan, kemungkinan terburuk jika saat ini de javu 2015, maka pemulihan akan membutuhkan waktu relatif lama karena penyebab saat ini lebih kompleks di banding krisis-krisis sebelumnya.

Sebagaimana diketahui, persoalan saat ini yang menyebabkan pasar gejolek berasal dari ketidakpastian eksternal dan internal.

Dari eksternal, efek tarif resiprokal Trump yang dikenakan ke lebih dari 80 negara akan segera diumumkan hari ini. Hal ini membuat tekanan terhadap kekhawatiran inflasi memanas dan laju cut rate yang melambat.

Di sisi lain, hal itu juga menekan pertumbuhan ekonomi dunia yang diperkirakan melambat, bahkan peluang negeri Paman Sam bisa mengalami resesi sudah naik 60%. Menurut data Polymarket, kenaikan risiko resesi itu naik lebih dari 40% hanya dalam waktu dua bulan.

Sementara dari internal, masih ada persoalan daya beli yang lemah sampai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang meningkat, meskipun sudah terjadi inflasi pada Maret berkat efek Ramadan.

Pelaku pasar kini menanti kebijakan pemerintah yang lebih pro-market dan negosiasi diplomasi ke arah positif terhadap tarif Trump yang dinilai memberatkan pelaku eksportif ke negeri Paman Sam.

Meski begitu, sentimen itu biasanya akan menjadi gejolak dalam jangka pendek. Sebagai investor, kita harus meyakini bahwa ketika indeks bergerak turun itu tak akan terjadi selamanya, karena suatu saat akan ada saatnya naik.

Dow Theory : Harga Selalu Bergerak Dalam Siklus

Dow theory menyatakan bahwa harga saham itu selalu bergerak dalam siklus yang terdiri dari tren-tren besar dan kecil, mencerminkan perubahan kondisi ekonomi dan psikologi investor.

Charles H. Dow membagi pergerakan pasar menjadi tiga jenis tren: tren utama (primary trend) yang berlangsung selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun, tren sekunder (secondary trend) yang merupakan koreksi dari tren utama, dan tren minor (minor trend) yang bersifat jangka pendek dan fluktuatif.

Teori ini mengajarkan bahwa tren pasar berkembang dalam tiga fase siklus: fase akumulasi (di mana investor cerdas mulai membeli), fase partisipasi publik (di mana mayoritas mulai ikut membeli dan harga naik tajam), dan fase distribusi (di mana investor awal mulai menjual karena valuasi dianggap tinggi).

Jika kita melihat pergerakan IHSG dari masa ke masa, biasanya terjadi fase distribusi atau tren turun itu ketika sedang mengalami gejolak ekonomi seperti saat ini.

Secara historis ada krisis seperti pada 2008 dan 1998. Namun, jika kita melihat dalam jangka panjang, penurunan tajam itu terjadi hanya dalam jangka pendek, dan tren untuk jangka yang lebih panjang selalu naik dan mencapai puncak yang baru.

Artinya, pada akhirnya, pasar akan selalu pulih dan kebijakan akan mengikuti bagi kebaikan pasar itu sendiri.

CNBC INDONESIA RESEARCH 

Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(tsn/tsn)

Read Entire Article
8000hoki online hokikilat online
1000hoki online 5000hoki online
7000hoki online 9000hoki online
Ekonomi Kota | Kalimantan | | |