Belum Sampai Defisit, Ini Masalah Utama Pasokan Gas RI

4 hours ago 4

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Umum Ikatan Perusahaan Gas Bumi Indonesia Eddy Asmanto mengungkapkan, walaupun produksi gas bumi di dalam negeri saat ini mengalami penurunan, namun Indonesia belum mengalami defisit gas.

Menurut Eddy, gas bumi yang dimanfaatkan dalam negeri masih berupa existing supply dan masih memiliki contracted supply-potential supply. Sedangkan, pemasalahan utama kurangnya pasokan gas di RI lantaran belum terbangunnya infrastruktur yang memadai untuk menyalurkan gas dari hulu ke sumber kebutuhan gas itu sendiri.

"Nah, yang jadi persoalan adalah ketika pada saat sekarang ini potensi yang ada itu belum termanfaatkan secara maksimal karena terbatasnya infrastruktur," ujarnya kepada CNBC Indonesia dalam program Energy Corner, dikutip Senin (17/3/2025).

Eddy mengungkapkan, infrastruktur yang dimaksud berupa fasilitas penerima gas bumi dari yang masih berbentuk Liquefied Natural Gas (LNG) yakni terminal penerima LNG untuk dilakukan regasifikasi agar bisa diterima dari sumber pasokan gas.

"Sebagian besar industri itu ada di Jawa dan Sumatera, boleh dibilang 70% ada di Jawa dan Sumatera. Gas yang ada itu tidak bisa masuk secara optimal ke Jawa dan Sumatera karena tidak ada infrastruktur untuk menerima gas itu, untuk regasifikasi. Karena moda gas itu dari sumur itu adalah LNG," paparnya.

Nah, dengan keterbatasan terminal LNG tersebut, gas yang seharusnya disalurkan untuk kebutuhan dalam negeri, harus diekspor karena produksi sumur gas terus berlangsung.

"Untuk diregasifikasi itu tidak ada infrastrukturnya. Sehingga akhirnya apa? Akhirnya masih dilakukan ekspor juga. Karena sumur sendiri juga mempunyai target untuk memproduksi pada volume tertentu," tambahnya.

Dia mengaku, pemerintah sendiri saat ini dinilai belum memfokuskan pembangunan infrastruktur tersebut. Alasannya, pemerintah masih mengandalkan penyaluran gas dari sumur yang jaraknya lebih dekat dengan sumber kebutuhan.

"Karena sekarang ini masih mengandalkan sumur-sumur yang dekat dengan Jawa dan Sumatera yang penyalurannya menggunakan pipa. Meski jaraknya seperti Jawa Timur itu, jarak dari sumur ke stasiun gas yang di Jawa Timur itu sampai sekitar 300 km. Tapi masih mengandalkan itu," jelasnya.

Padahal, kata Eddy, pihaknya sendiri terus berupaya agar bisa membangun terminal LNG di dalam negeri, namun dia menilai upaya tersebut justru dipersulit proses perizinannya. "Kami sendiri, ada anggota kami dari pihak swasta yang ingin mengembangkan LNG terminal, juga perizinannya dipersulit juga. Saya tidak tahu kenapa," tandasnya.


(pgr/pgr)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Penyebab Pasokan Gas Bumi RI Seret Meski Punya Sumber Berlimpah

Next Article Video: Swasembada Energi, PGN Perluas Salur Gas Indonesia Tengah-Timur

Read Entire Article
8000hoki online hokikilat online
1000hoki online 5000hoki online
7000hoki online 9000hoki online
Ekonomi Kota | Kalimantan | | |