FOTO : ilustrasi [ Ai ]
Oleh : Rosadi Jamani [ Ketua Satupena Kalimantan Barat ]
INI tulisan kedua soal CV ARLI, mall berkonsep sunnah atau syariah. Ada yang mengkritik, biasanya mall berbau agama itu cepat tutup.
Ada juga menuding saya, “Lo tak paham agama Islam.” Lengkap sudah, tapi saya suka. Now, ini lanjutan soal mall tersebut, dan siapkan lagi Koptagul, wak.
Ada yang bilang, agama tak perlu dibawa ke bisnis. Seolah kalau orang salat di toko, langit bisa runtuh. Ada pula yang menyindir, “Ah, nanti juga tutup, kayak toko-toko syariah lainnya.” Benar, banyak memang yang tutup.
Tapi di dunia bisnis, tutup itu biasa, yang luar biasa adalah bertahan dengan prinsip. Di tengah gelombang ritel yang berguguran, CV ARLI Singkawang justru berdiri kokoh dan bahkan membuka sudah cabang baru yang lebih besar di Sintang.
Ironisnya, di berbagai kampus Islam dan seminar kewirausahaan syariah, semua pandai bicara soal konsep bisnis Islam. Slide presentasi mereka indah, kutipan ayat dan hadis berjejer rapi, “Rasulullah adalah pedagang yang jujur,” “Bisnis harus bebas riba,” “Keberkahan lebih penting dari keuntungan.” Tapi setelah seminar usai, konsep itu berhenti di PowerPoint.
Yang lahir bukan praktik, tapi hanya panitia acara berikutnya. CV ARLI tidak begitu. Ia tidak berpidato tentang bisnis ala Rasulullah, ia menirunya. Tidak bicara tentang ekonomi berkeadilan, ia menjalankannya. Di saat banyak berbicara, mereka bekerja.
Lihat faktanya. Ketika raksasa-raksasa seperti Indomaret dan Alfamart menutup ratusan gerai karena biaya sewa yang tinggi dan penjualan menurun, CV ARLI justru menambah cabang. Tahun 2024, Indomaret hanya membuka 651 gerai baru dari 1.200 tahun sebelumnya.
Alfamart menutup sekitar 400 gerai. Bahkan mall besar di kota-kota kecil mulai meredup karena kalah oleh belanja online.
“Transmart yang megah di Kubu Raya aja udah tutup, Bang. Matahari Mall udah sedikit pengunjungnya. Gajah Mada Mall berubah jadi hotel.”
‘Itulah bisnis, wak. Ada yang tutup, ada yang bertahan.”
Tapi di Singkawang, sebuah pusat perbelanjaan syariah malah tumbuh, dengan etalase sederhana dan niat yang tak sederhana, menjadikan transaksi sebagai ibadah.
Aneh ya, di tengah era digital dan promo agresif, malah yang berhenti saat azan justru bertahan. Mungkin karena sistemnya bukan algoritma, tapi istiqamah. Di ARLI, kasir tidak menipu harga, pegawai tidak menunda salat, dan pelanggan tidak sekadar berbelanja, mereka ikut berdzikir dalam ekonomi.
Ini bukan teori ekonomi syariah yang diajarkan di ruang kuliah, ini praktik ekonomi tauhid yang hidup di lapangan.
So, kalau ada yang menolak konsep ini, silakan saja. Islam tidak memaksa. Tapi kalau merasa punya tafsir ekonomi yang lebih baik, wujudkan sendiri. Jangan cuma mengkritik dari kursi seminar sambil menunggu amplop transport.
CV ARLI sudah membuktikan, nilai syariah tidak membuat bisnis lesu, justru membuatnya berakar kuat, karena fondasinya bukan modal pinjaman, tapi keyakinan.
Lucunya, dunia lebih percaya pada mall yang menjual kemewahan dari pada yang menjual keberkahan. Kita diam ketika mall konvensional menipu dengan promo semu, tapi curiga ketika mall syariah mengajak salat berjamaah.
Dunia memang terbalik, dosa tampil menawan, iman disangka ancaman. Tapi CV ARLI menolak tunduk pada logika itu. Ia membangun mall yang tidak sekadar menjual barang, tapi membangun kesadaran, bahwa bisnis bisa menjadi bagian dari ibadah, dan keuntungan sejati bukan di neraca keuangan, melainkan di catatan amal.
Maka biarlah ada yang sinis. Biarlah mereka tertawa hari ini. Sebab sejarah selalu berpihak pada yang bekerja dengan iman. CV ARLI sudah membuktikan, di tengah toko-toko besar yang runtuh oleh laba, masih ada yang berdiri karena berkah.
Keimanan bukan sekadar diucapkan dalam seminar atau dikutip di spanduk dakwah, melainkan diwujudkan dalam kerja nyata, disiplin, dan keberanian menegakkan prinsip di tengah arus pragmatisme bisnis.
CV Arli membuktikan bahwa nilai-nilai Islam bisa hidup di ruang ekonomi modern tanpa kehilangan ruh spiritualnya, bahwa kejujuran, kesopanan, dan ibadah bukan penghalang pertumbuhan, melainkan fondasi keberkahan yang sesungguhnya.
#camanewak

10 hours ago
2

















































